REPUBLIKA.CO.ID, SIMPANG EMPAT -- Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat hingga pertengahan tahun ini menemukan 407 warga setempat mengidap penyakit tuberkulosis (TBC). "Penderita itu menyebar di sejumlah kecamatan. Penyakit itu disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pasaman BaratGina Alecia, Sabtu (4/9).
Kasus TBC terbanyak ditemukan di Kecamatan Sungai Aur 45 kasus pada wilayah kerja Puskesmas Sungai Aur dan Kecamatan Lembah Melintang 45 kasus (30 kasus di wilayah kerja Puskesmas Ujung Gading dan 15 kasus di wilayah kerja Puskesmas Ranah Salido), Kecamatan Koto Balingka 22 kasus, dan Kecamatan Sungai Beremas 20 kasus. Dia menjelaskan TBC merupakan penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan. TBC dapat menginfeksi segala usia, mulai balita hingga lanjut usia.
"Jumlah penderita TBC di Pasaman Barat tergolong tinggi di Sumatra Barat. Namun, sejak Covid-19 terjadi penurunan penemuan kasus dan saat ini berada di posisi enam besar," katanya.
Ia menyebutkan penyebaran penyakit TBC disebarkan oleh penderita TBC yang belum terobati sehingga kuman mikrobakterium tuberkulosis akan ditularkan tanpa disadari oleh penderita melalui batuk atau air ludah kepada orang di sekitarnya. Jika penderita sudah ditangani, masa penyembuhan bisa mencapai enam hingga delapan bulan baru bisa dikategorikan sembuh total.
Ciri-ciri penderita TBC, di antaranya batuk berdahak lebih dari dua minggu, demam tidak tinggi, berat badan turun, keringat malam tanpa aktivitas, dan sesak napas. Berdasarkan pengelompokan umur, penyakit TBC dapat menyerang segala umur.
Akan tetapi, paling banyak terserang penyakit pada usia produktif, yakni 15-64 tahun. Jika dipersentasekan pada pengelompokan umur, usia 0-14 tahun sebanyak 6,14 persen, usia 15-64 tahun sebanyak 54,79 persen, dan lebih dari usia 65 tahun sebanyak 39,07 persen.
"Tapi rata-rata penderita ini terserang di usia produktif berdasarkan data yang kita catat," katanya.
Ia mengatakan proses penularan TBC juga mirip dengan Covid-19, yakni melalui droplet atau percikan ludah. "Lalu juga sama-sama menyerang organ paru-paru, saluran pernapasan, saraf, kulit, dan tulang," katanya.
Ia menjelaskan upaya penanganan kasus TBC di Pasaman Barat dengan mendeteksi dini orang yang pernah kontak erat dengan penderita TBC. "Penanganan kasus TBC tetap kita prioritaskan di masa pandemi. Dengan deteksi dini temuan kasus TBC yang pernah kontak erat dengan penderita," katanya.
Ia juga menyosialisasikan upaya pencegahan layaknya protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun. "Kami sosialisasikan pencegahan seperti memakai masker dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi. Dalam menangani Covid-19 kita tidak meninggalkan kasus TBC, karena kasusnya cukup tinggi," katanya.
Ia menambahkan angka penemuan kasus TBC sudah mulai meningkat sejak 2020 karena petugas sudah bisa melakukan pelacakan kasus dan melakukan investigasi kontak. "Akhir 2020 penemuan kasus TBC hanya 544 kasus dari sasaran 1.096 kasus, sedangkan semester pertama 2021 ini sudah ditemukan 407 kasus dari sasaran 1.333 jiwa," katanya.