REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Israel Isaac Herzog mengungkapkan dia telah bertemu Raja Abdullah II dari Yordania di Amman. Pertemuan tersebut dilakukan secara mendadak untuk membahas peningkatan hubungan diplomatik antara kedua negara.
“Pekan lalu saya bertemu dan melakukan percakapan yang sangat panjang dengan raja Yordania, saya berada di istananya, sepanjang malam. Itu adalah pertemuan yang luar biasa,” kata Herzog dilansir Aljazirah, Ahad (5/9).
Pertemuan itu berlangsung di istana Raja Abdullah II. Kedua pemimpin membahas serangkaian masalah politik dan ekonomi termasuk energi.
"Yordania adalah negara yang sangat penting. Saya sangat menghormati Raja Abdullah, seorang pemimpin besar dan aktor regional yang sangat signifikan,” kata Herzog.
Herzog menyebut beberapa hal yang dibicarakan dengan Raja Abdullah II di antaranya kesepakatan untuk mengimpor hasil pertanian selama tahun shemitah (tahun sabat), masalah energi, keberlanjutan, dan solusi untuk krisis iklim. “Di antara hal-hal yang kami diskusikan adalah isu-isu inti dalam dialog antara negara-negara kami," kata Herzog.
Hubungan Israel-Yordania memburuk di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Para kritikus menilai Netanyahu mengabaikan Yordania demi menyetujui normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko pada tahun lalu. Hubungan diplomatik antara Israel dan Yordania juga renggang karena ketegangan di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki, dan perluasan permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Setelah Naftali Bennett menjabat sebagai perdana menteri pada Juni lalu, dia langsung terbang ke Amman untuk berbicara dengan Raja Abdullah II. Tak lama kemudian Yordania dan Israel menandatangani dua kesepakatan perdagangan dan air. Israel akan menjual 50 juta meter kubik air per tahun ke Yordania.
Sebelumnya Israel telah mengirim 55 juta meter kubik air secara gratis. Berdasarkan perjanjian ini, Yordania diizinkan untuk meningkatkan ekspor ke Palestina di Tepi Barat yang telah diduduki Israel sejak 1967.