REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kemajuan teknologi komunikasi membuat informasi diproduksi dan disebar secara masif. Tingginya penggunaan media sosial di masa pandemi ini harus diimbangi peningkatan literasi pandemi di masyarakat luas.
Ungkapan itu disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftachul Akhyar pada webinar “Literasi Pandemi dan Pemulihan Ekonomi di Kalangan Milenial Muslim” yang digagas Komisi Informasi dan Komunikasi MUI dengan Kementerian Kominfo, Sabtu (4/9).
Menurutnya, upaya peningkatan literasi pandemi saat ini sangat penting. Semua pihak harus bahu-membahu terlibat dalam upaya tersebut.
Sosok yang akrab disapa Kiai Mif itu juga menyambut baik digelarnya webinar yang akan dilaksanakan dalam 20 seri ke depan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat itu. Harapannya, agar tidak ada lagi masyarakat yang menerima berita tanpa tabayun (konfirmasi).
“Kita berharap bahwa terjadi peningkatan literasi pandemi di masyarakat luas. Masyarakat yang saat ini yang budaya mudah menerima berita tanpa cross check. Tanpa tabayun. Bisa sedikit demi sedikit terjadi perubahan,” kata dia.
Kiai Mif pun mengingatkan bahaya dari menjadi bangsa-bangsa yang latah atau bangsa imma’ah (membebek atau mengikut-ngikuti), yakni bangsa yang mudah dipengaruhi kabar yang tersiar, sehingga menjadi bangsa yang tidak punya pendirian.
Dia mengutip hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan At Tirmidzi yang berbunyi:
لا تكُونُوا إمَّعةً تقولُونَ: إنْ أحسنَ النَّاسُ أحسنَّا وإنْ ظلمُوا ظلمْنَا، ولكِنْ وطِّنُوا أنفسكم إن أحسنَ النَّاسُ أنْ تُحسِنُوا وإنْ أساءُوا فلا تظلِمُوا
“Janganlah kalian menjadi bangsa imma’ah. Bangsa yang latah. Bangsa yang mudah dipengaruhi. Bangsa yang mudah ikutan. Bangsa yang tidak mempunyai pendirian. Bangsa yang tidak menunjukkan jati dirinya.”
Rasulullah SAW, lanjut Kiai Mif, mengingatkan umatnya untuk tidak menjadi umat imma’ah. Tetapi harus menjadi umat yang berpendirian, dan menjadi umat yang berkepribadian.
“Jangan seperti itu (menjadi bangsa yang latah) kata Rasulullah, watthinu anfusakum yaitu mantapkan pendirianmu. Tunjukkan kepribadianmu,” lanjutnya.
Kiai yang juga Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menutup keynote speech-nya dengan harapan agar upaya pelaksanaan webinar itu dapat sebagai ruang ikhtiyar bagi para punggawa dan relawan pegiat literasi, dapat memperkecil budaya dan watak latah tadi.
“Semoga kita bisa makin memperkecil, meminimalkan daripada budaya-budaya, watak-watak, pengalaman pengetahuan yang mudah menerima berita tanpa cross check. Mudah menerima hasutan. Karena pemahaman (literasi pandemi) itulah yang bisa membedakan orang yang berpendidikan, dan orang yang tidak berpendidikan,” tutupnya.
Sumber: mui