Senin 06 Sep 2021 05:05 WIB

Panas Bumi Bisa Pasok Kebutuhan Listrik Puluhan GW

Indonesia yang berada di wilayah cincin api memiliki cadangan panas bumi sangat besar

Tangkapan layar diskusi virtual Ngaji Panas Bumi
Tangkapan layar diskusi virtual Ngaji Panas Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Panas bumi di Tanah Air memiliki potensi sangat besar sebagai energi baru dan terbarukan (EBT) untuk dikembangkan. Indonesia yang berada di wilayah cincin api atau ring of fire memiliki cadangan panas bumi sangat besar dan sejauh ini belum digarap secara optimal.

Guru besar Teknik Elektro ITS Surabaya Adi Soeprijanto mengatakan, sangat mungkin 50 persen dari target 45,2 giga watt (GW) dipasok oleh panas bumi. Artinya, puluhan GW bisa disumbang hanya dari panas bumi. “Potensi ada, teknologinya tersedia,” kata dia dalam diskusi virtual yang diselenggarakan PW Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur bertajuk ‘Ngaji Panas Bumi’, akhir pekan lalu.

Target bauran energi di Indonesia sebesar 23 persen untuk EBT di tahun 2025 kini terus dikejar. Berdasarkan data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dipatok 45,2 GW pembangkit listrik EBT terpasang. Dari target itu, sumbangsih terbesar dari energi air sebanyak 17,9 GW, kemudian dari energi panas bumi sebesar 7,2 GW.

Target EBT itu merupakan implikasi komitmen pengurangan emisi karbon Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 29 persen. Tepatnya pada 2016, Indonesia meratifikasi Paris Agreement sebagai bukti kuatnya komitmen tersebut.

Adi mengatakan, persoalan panas bumi sebagai pembangkit bukan pada potensi. Semua pihak tahu dan sudah terbukti secara ilmiah bahwa potensinya sangat besar. Dia juga memastikan masalahnya bukan pada teknologi karena Indonesia telah memiliki banyak ahli di bidang itu. “Saya cenderung melihat (persoalannya) di manajemen,” ujar dia. 

Menurut Wakil Rektor I ITS ini, terbuka sekali peluang GP Ansor menunjukkan perannya. Sebab, kata Adi, masalahnya terletak pada titik di mana Ansor bisa berperan. “Dibutuhkan center of excellence yang bertindak sebagai master of ceremony,” ujar dia.

Dewan Ahli Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Surabaya ini menyatakan pentingnya dibentuk ‘Engineering Council’, sebuah forum bersama antara pemerintah, investor, BUMN, akademisi, para ahli, serta unsure organisasi masyarakat. “ Semuanya duduk bersama, dicari jalan tengahnya, sehingga semuanya bisa hidup,” kata dia.

Mengenai ide ‘Engineering Council’, Wakil Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Alam PW GP Ansor Jawa Timur Ardy M Navastara menilai perlu disikapi secara serius. “Perlu dikaji secara komprehensif, agar tidak berbenturan dengan forum atau lembaga yang telah ada, misalnya Dewan Energi Nasional atau Dewan Riset Daerah,” kata dosen ITS ini.

Dalam diskusi yang sama, Operation Manager PLTP Lahendong PT Pertamina Geothermal Energy, Manda Wijaya, mengatakan, pemanfaatan panas bumi tidak hanya untuk pembangkit listrik. Pemandian air panas, pengeringan kayu, penghangat rumah warga adalah contoh lain yang bisa memanfaatkan energi panas bumi.

Sebagai orang yang telah 12 tahun bekerja di sektor panas bumi, Manda Wijaya memastikan eksplorasi panas bumi sangat kecil kemungkinannya mengganggu ketersediaan air sumur warga sekitar. “Yang kita eksplorasi dalam sekali. Sementara sumur warga berada di area air dangkal,” ujar dia.

Tim Bidang Energi dan Sumber Daya Alam PW GP Ansor Jawa Timur Moh Mushoddaq menilai perlunya social engineering dalam pengembangan panas bumi. “Ada banyak contohnya, belum eksplorasi sudah ditolak warga,” ujar Alumnus Pascasarjana Geologi ITB ini.

Ketua PW Ansor Jatim Syafiq Syauqi mengatakan, ‘Ngaji Panas Bumi’ ini digelar empat sesi. Diskusi kali ini merupakan sesi pertama yang kemudian akan disusun peta jalan energi panas bumi. “Sikap ini adalah bentuk kontribusi intelektual kami sebagai gerakan kepemudaan sekaligus menunjukkan bahwa Jatim memiliki potensi yang sangat besar dalam hal energi alternatif masa depan,” ujar Gus Syafiq.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement