REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Leani Ratri Oktila layak menyandang gelar ratu para badminton Indonesia. Perempuan kelahiran Siabu, Bangkinang, Kampar, 06 Mei 1991, itu berhasil menyumbangkan dua medali emas di ajang Paralimpiade Tokyo 2020.
Prestasi ini juga menjadi sejarah baru bagi tim Paralimpiade Indonesia selama penantian 41 tahun.
Ratri adalah juara dunia para badminton di tiga nomor, yakni tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran. Ratri juga selama dua tahun berturut-turut yakni 2018 dan 2019 dinobatkan sebagai Atlet Para Badminton Putri Terbaik oleh Federasi Badminton Dunia (BWF).
Perjuangan Ratri sampai bisa di puncak prestasi sekarang tidaklah mudah. Terlahir normal dan bermain badminton sejak usia delapan tahun, pada bulan Februari 2011 Ratri mengalami kecelakaan motor.
Kecelakaan itu menyebabkan kaki kiri dan tangan kanannya patah. Ia divonis mengalami gangguan permanen. Kaki kirinya sekarang lebih pendek 11 sentimeter daripada kaki kanannya. Kondisi itu membuat Ratri masuk kategori SL4.
Ada ritual membanggakan yang dilakukan Ratri. Setiap turun bertanding, Ratri selalu membawa bendera merah putih di dalam tas bertandingnya. Hal itu dilakukannya sebagai motivasi agar mampu mengibarkan bendera merah putih itu di podium tertinggi pertandingan yang diikutinya.
Baca juga : Atlet Paralimpiade Raih Emas, Jokowi: Sangat Membanggakan
Kebiasaan membawa bendera merah putih itu diajarkan oleh ayahnya yang bernama F Mujiran sejak Ratri masih belia. Ratri pun tergolong atlet yang disiplin dan pekerja keras. Setiap latihan pun dia selalu datang tepat waktu dan sering menambah porsi latihanya sendiri.
"Saya berani melawan rasa jenuh dan malas agar bisa menjadi atlet yang berprestasi," ujar Ratri, dikutip dari laman resmi Kemenpora, Senin (6/9).