Senin 06 Sep 2021 15:10 WIB

Pakar: Perkuat Mitigasi untuk Bencana Hidrometeorologi

Pemerintah harus buka data hidrometeorologi seluasnya agar dapat dimanfaatkan periset

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perahu bersandar dengan latar belakang awan hitam di kawasan Setu Cikaret, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/12/2020). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar warga waspada bencana hidrometeorologi sepanjang Desember 2020-Februari 2021, hal ini terkait dengan dampak curah hujan tinggi akibat perpaduan musim hujan dan La Nina yang terjadi pada bulan tersebut.
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Perahu bersandar dengan latar belakang awan hitam di kawasan Setu Cikaret, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/12/2020). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar warga waspada bencana hidrometeorologi sepanjang Desember 2020-Februari 2021, hal ini terkait dengan dampak curah hujan tinggi akibat perpaduan musim hujan dan La Nina yang terjadi pada bulan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO - Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yanto mengingatkan perlunya memperkuat rencana mitigasi jangka panjang untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi.

"Rencana mitigasi jangka panjang sangat perlu dilakukan sehingga semua pihak dapat menentukan langkah-langkah reaksi terhadap perubahan iklim," katanya di Purwokerto, Senin (6/9).

Baca Juga

Dia menjelaskan bencana hidrometeorologi terjadi setiap tahun terutama saat musim hujan. "Sebagian besar adalah bencana hidrometeorologi dalam bentuk banjir dan tanah longsor," ujar Yanto.

Selain mitigasi jangka panjang, perlu juga memperbanyak studi untuk menghasilkan rekomendasi teknologi yang tepat. "Selain itu, perlu dikembangkan sistem informasi yang dapat diandalkan, cepat, dan akurat serta perlunya ketersediaan dan akses data guna mempermudah studi terkait mitigasi," katanya.

Untuk itu, pemerintah harus membuka data hidrometeorologi seluas-luasnya agar dapat dimanfaatkan oleh para periset. "Peraturan terkait penyediaan data hidrometeorologi perlu ditinjau ulang sehingga data-data tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan riset," jelas Yanto.

Dalam siklus manajemen bencana dikenal empat tahapan penting yakni mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan. "Selama ini pemerintah dan elemen masyarakat cukup baik dalam upaya tanggap darurat. Berbagai unsur bahu membahu ketika terjadi bencana. Namun, upaya-upaya mitigasi saya rasa masih belum memadai dan harus terus ditingkatkan," katanya.

Menurut Yanto, bencana meteorologi dapat dikenali polanya sehingga prediksi kejadian bencana dapat dilakukan. "Sekarang saatnya seluruh pihak memberikan porsi perhatian yang lebih besar terhadap upaya mitigasi bencana hidrometeorologi. Salah satunya dengan memberikan kemudahan akses data bagi para ilmuwan," terangnya.

Dia mengatakan langkah mitigasi yang terencana merupakan salah satu upaya efektif dalam upaya mengurangi risiko bencana hidrometeorologi. "Upaya-upaya mitigasi yang terencana dengan baik perlu dilaksanakan. Baik mitigasi berbasis individu, masyarakat, maupun pemerintah," tegas Yanto.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement