Senin 06 Sep 2021 22:09 WIB

Wamenkes: Lemahnya Vaksinasi Untuk Lansia

Dari 21,5 juta sasaran, baru 25 persen yang menerima suntik dosis pertama vaksinasi

Seorang ibu lansia Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) disuntik vaksin COVID-19 saat Pencanangan Vaksinasi COVID-19 bagi peserta Prolanis JKN-KIS di Puskesmas Banjardawa, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Jumat (27/8/2021). Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kantor Cabang Pekalongan terus berupaya memberikan edukasi kepada warga terutama pasien komorbid Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) untuk menggunakan fasilitas layanan kesehatan melalui aplikasi JKN-KIS dengan tujuan untuk memudahkan pelayanan dan mengurangi interaksi tatap muka serta kerumunanan saat pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra/aww.
Seorang ibu lansia Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) disuntik vaksin COVID-19 saat Pencanangan Vaksinasi COVID-19 bagi peserta Prolanis JKN-KIS di Puskesmas Banjardawa, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Jumat (27/8/2021). Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kantor Cabang Pekalongan terus berupaya memberikan edukasi kepada warga terutama pasien komorbid Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) untuk menggunakan fasilitas layanan kesehatan melalui aplikasi JKN-KIS dengan tujuan untuk memudahkan pelayanan dan mengurangi interaksi tatap muka serta kerumunanan saat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan salah satu tantangan terberat vaksinasi secara umum yakni sasaran kelompok lansia yang masih berjalan lambat. Dari 21,5 juta sasaran, baru 5,4 juta jiwa lansia atau 25 persen yang menerima suntikan dosis pertama dan 3,8 juta atau 17,8 persen menerima suntikan dosis kedua vaksin Covid-19.

"Walaupun kita sudah mencapai 32,1persen dari vaksinasi yang ada secara nasional, kita masih menghadapi lemahnya vaksinasi pada kelompok lansia,\" kata Dante Saksono Harbuwono saat meresmikan Sentra Vaksinasi di RSKGM Universitas Indonesia Salemba Jakarta, secara daring, Senin (6/9).

Baca Juga

Dante menyampaikan angka kematian lebih rentan terjadi di kelompok lansia. "Data menunjukkan apabila sama-sama dirawat, maka yang bukan lansia itu angka fatality rate angka meninggalnya di rumah sakit itu sekitar 15 persen sedangkan lansia maka angka kematiannya menjadi 37 persen," ungkapnya.

Ia pun meminta agar adanya sistem jemput bola yang dilakukan dalam vaksinasi kelompok rentan lansia. "Dengan gerakan-gerakan seperti ini, jemput bola untuk memanggil para lansia untuk bisa divaksinasi tentu kita bisa menyelamatkan bapak kita, ibu kita , nenek kita, tiga angka kematiannya menjadi menurun," ujarnya.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengamini pernyataan Dante. Menurut Dicky, vaksinasi terhadap kelompok rentan lansia masih sangatlah lemah dan rawan.

"Lansia masih lemah cakupan vaksinasi. DKI yang paling tinggi pun blm sampai 80 persen baru lebih 70 persen. Bahkan ada beberapa provinsi cakupan vaksinasi kepada lansia kurang dari 10 persen," ungkap Dicky.

"Yang rawan lagi usia anak kurang dari 10 persen yang sudah vaksin, sisanya 90 persen masih rawan. belum lagi usia di bawah 12 tahun, " lanjut Dicky.

Dicky juga menegaskan, selain meningkatkan vaksinasi, pemerintah juga harus meningkatkan testing, tracing, dan treatment (3T). Karena sampai saat ini 3T masih lemah di Indonesia.

Dian Fath Risalah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement