Selasa 07 Sep 2021 11:22 WIB

Militer Myanmar Bebaskan Biksu Anti-Muslim

Wirathu mengungkapkan perlakuan buruk pemerintahan militer terhadap dirinya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Biksu Myanmar, Wirathu
Foto: EPA
Biksu Myanmar, Wirathu

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Militer Myanmar telah membebaskan Wirathu, yaitu seorang biksu Buddha nasionalis yang terkenal sebagai anti-Muslim. Wirathu dibebaskan setelah tuduhan penghasutan yang diajukan oleh pemerintahan Aung San Suu Kyi dibatalkan.

"Dia dibebaskan setelah semua tuduhan dibatalkan. Dia menerima perawatan di rumah sakit," kata sebuah pernyataan militer Myanmar yang tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Baca Juga

Myanmar Now mengatakan, Wirathu telah "diampuni" oleh militer di tengah kampanye pembebasannya oleh para pendukung nasionalis. Myanmar Now mengutip seorang pendukung yang mengatakan bahwa, Wirathu menderita Covid-19 dan tidak dalam keadaan sehat.

Wirathu dijuluki oleh majalah Time sebagai "Wajah Teror Buddhis" karena perannya dalam membangkitkan kebencian agama di Myanmar. Wirathu berasal dari pusat kota Mandalay. Dia terlibat dalam kelompok 969 anti-Muslim pada 2001 dan pertama kali dipenjara pada 2003.

Dilansir Aljazirah, Selasa (7/9), Wirathu dibebaskan pada 2010. Dia menjadi terkenal dua tahun kemudian setelah terjadi kerusuhan antara umat Buddha dan etnis minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine. Wirathu mendirikan organisasi nasionalis yang dituduh menghasut kekerasan terhadap Muslim, dan berhasil melobi undang-undang yang mempersulit pernikahan beda agama.

Pada 2017, otoritas Buddhis tertinggi Myanmar melarang Wirathu untuk berkhotbah selama satu tahun. Facebook kemudian menutup akun Wirathu pada 2018. Namun biksu berusia 53 tahun itu tetap menjadi anggota tetap dalam aksi unjuk rasa nasionalis. Diaa menuduh pemerintahan Aung San Suu Kyi melakukan korupsi. 

Wirathu mendekam di penjara pada akhir tahun lalu. Dia menyerahkan diri kepada pihak berwenang atas tuduhan kebencian atau penghinaan terhadap pemerintahan saat itu.

Wirathu mampu membangun prasangka luas di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, terhadap Muslim Rohingya. Pada 2017, serangan oleh kelompok bersenjata Rohingya di pos polisi Myanmar memicu tindakan keras militer yang menyebabkan ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. 

Wirathu memiliki banyak pengikut dan dipandang memiliki hubungan dekat dengan militer. Saat Wirathu masih berada di dalam penjara, sebuah video beredar di media sosial. Dalam video itu, Wirathu mengungkapkan perlakuan buruk pemerintahan militer terhadap dirinya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement