Selasa 07 Sep 2021 17:20 WIB

'Hindari Kerumunan Jadi Kunci Tekan Kasus Covid-19 di Bali'

Vaksin tidak mencegah penyebaran di komunitas, namun mencegah gejala berat.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Kunci untuk menekan kasus Covid-19 di Bali adalah dengan menghindari kerumunan (ilustrasi)
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Kunci untuk menekan kasus Covid-19 di Bali adalah dengan menghindari kerumunan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ahli virologi Universitas Udayana, Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika, mengatakan kunci untuk menekan kasus Covid-19 di Bali adalah dengan menghindari kerumunan. Menurut di, Covid-19 tidak cukup ditekan dengan penggunaan masker.

"Karena meski pakai masker masih bisa tertular lewat anggota tubuh yang lain," kata Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Selasa (7/9).

Dia menyebut meskipun saat ini kondisi di Bali sudah landai kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan angka kematiannya, serta tingkat hunian di rumah sakit mulai longgar, bukan berarti virus tidak ada. "Virus corona ini masih ada, dan penyebarannya di sekitar kita semua," ujarnya.

Dengan kegiatan vaksinasi dan menghindari kerumunan jadi faktor utama menekan kasus ini, bukan dengan pakai masker. "Karena pakai masker bisa jadi kemungkinan bisa tertular lewat mata, karena mata tidak tertutup kan dan juga lewat tubuh atau pakaian yang dipakai," kata dia.

Untuk melihat apakah saat ini Bali dalam kategori aman atau tidak, bisa dilihat dari jumlah kasus dan jumlah kematian. Saat ini data menunjukkan penurunan sehingga bisa disebut kondisi sudah stabil terkendali. Dia mengatakan yang menjadi penyebab penurunan kasus di Bali agak lama dibandingkan daerah lain karena masih terjadi banyak kerumunan.

"Tentu, kenapa agak lama penurunan kasusnya dibandingkan daerah lain, karena ada praktik-praktik kerumunan di Bali berhubungan adat dan agama sehingga menyebabkan kasus kematian agak lama menurun. Semoga kembali stabil, vaksin efektif," ujar Prof Mahardika.

Dia memprediksi letupan kasus berikutnya pada Januari-Februari 2022 dengan tidak disertai peningkatan tingkat hunian rumah sakit dan peningkatan jumlah kematian. Dia menyebut fungsi dari vaksin untuk mencegah infeksi berat dan meninggal dunia. Namun, kata Prof Mahardika, vaksin tidak mencegah penyebaran di komunitas. Untuk itu, pemerintah harus merevisi target vaksinasi dan paling ideal 100 persen penduduk divaksin dua kali.

"Data dunia menunjukkan vaksin tidak mencegah penyebaran di komunitas, namun mencegah gejala berat dan jumlah kematian, karena itu target vaksinasi sebaiknya 100 persen penduduk itu divaksinasi," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement