REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meminta izin pada pemerintah pusat, di tahun ketiga program Citarum akan mulai melakukan penataan ruang.
"Target kami membuat lima destinasi. Tapi baru dua lokasi sehingga mohon izin penataan ruang dibantu, diperbanyak sehingga nanti wajah yang terlihat secara visualnya itu yang sebenarnya wajah Citarum," ujar Ridwan Kamil
Emil menjelaskan, kalau diibaratkan dua tahun terakhir pertama pihaknya mengurusi isi dapur. "Tahun ketiga mungkin terasnya ruang tamu mulai terlihat," katanya.
Selain itu, kata dia, pengendalian ruang saat ini tata ruangnya masih dalam proses pendataan sambil ditertibkan. Menurutnya, penegakan hukun (Gakum) ini sebenarnya targetnya memang agak susah dikualifikasi apakah banyak pengaduan artinya berprestasi atau sedikit pegaduan justru berprestasi.
"Karena jangan-jangan mereka sudah taat jadi tak ada laporan masyarakat lagi tapi ada 131 kasus pengaduan. Sebanyak 15nya sudah pidana oleh polri dan kejaksaan kemudian administrasi ada 70 jadi Gakum kita juga viral dan luar biasa," paparnya.
Untuk institusi pendidikan, kata dia, saat ini datanya masih dikelola. Tapi yang menarik dari target 290 desa yang berhasil diedukasi justru lima kali lipat. Yakni, 1.268 desa. "Untuk riset pengembangan, itu kami lakukan juga dengan Monash University, ternyata orang Australia mendengar juga kasus Citarum ketika saya ke ausi mereka malah menawarkan dulu boleh nggak saya bantu, mereka punya riset desain berkelanjutkan jadi ya sudah saya terima," paparnya.
Terkait kebutuhan total anggaran Citarum, menurut Emil, ia telah me-refresh lagi idealnya kebutuhan dana sekitar Rp 34,8 triliun. Sebagian besar dari APBN, dari provinsi dan gabungan kab/kota. "Kami lakukan penyesuaian yang sesuai kondisi dan rata-rata karena Covid-19 di 2019 maupun 2020 ya itu kami sesuaikan. Kami mohon kebijakan saja dari Pak Menko," katanya.
Emil pun memohon izin pada pemerintah pusat untuk menggunakan bantaran sungai difungsikan untuk persampahan. "Ada janji dari PUPR untuk membolehkan sebagian titik di bantaran yang lebar khusus untuk fungsi bangunan persampahan sambil saya titip ke wali kota bupati membantu membebaskan supaya target tercapai," paparnya.
Sehingga, kata dia, kita bisa mengelola ribuan ton sampah yang biasanya ke sungai tapi dicegat dengan pengelolaan di rumah. "Citarum pun banyak dijadikan kajian ilmiah, banyak provinsi lain menghubungi saya ingin mencontoh kok bisa peran TNI/Polri ngurusin sungai dan berhasil saya bilang problem Citarum dan Covid 19 itu sama, mengubah pola pikir karena itu paling sudah mengedukasi," paparnya.