Rabu 08 Sep 2021 04:10 WIB

Laju Vaksinasi Melambat, Perlu Kombinasi Upaya Tanganinya

Faktanya, vaksinasi di luar Jawa masih sulit dari segi distribusi dan stok.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Petugas mengecek kondisi kesehatan peserta saat vaksinasi COVID-19 di Alun-alun Paseban, Bantul, Yogyakarta, Selasa (7/9/2021). Untuk mendukung percepatan menuju kekebalan komunal COVID-19 layanan vaksinasi terus digencarkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul, selain melalui pendaftaran online, warga Bantul juga bisa mendapatkan vaksin dengan datang langsung ke beberapa lokasi yang telah disediakan.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas mengecek kondisi kesehatan peserta saat vaksinasi COVID-19 di Alun-alun Paseban, Bantul, Yogyakarta, Selasa (7/9/2021). Untuk mendukung percepatan menuju kekebalan komunal COVID-19 layanan vaksinasi terus digencarkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul, selain melalui pendaftaran online, warga Bantul juga bisa mendapatkan vaksin dengan datang langsung ke beberapa lokasi yang telah disediakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terus berkurangnya kasus harian Covid-19 di Tanah Air membuat pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 dan 4. Namun, laju vaksinasi Covid-19 masih belum maksimal.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai vaksinasi Covid-19 memang penting untuk membantu keluar dari situasi krisis pandemi. "Namun, itu bukan satu-satunya strategi. Upaya utama yaitu tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) juga harus kuat, jadi ada kombinasi upaya 3T, protokol kesehatan 5M, dan vaksinasi yang tidak bisa dipisahkan," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (7/9).

Baca Juga

Sebenarnya, dia memperkirakan, upaya kekebalan kelompok (herd immunity) masih lama, tidak bisa dicapai dalam dua atau tiga tahun. Tetapi, dia melanjutkan, setidaknya ambang batas bisa dicapai yaitu 85 persen dari total penduduk bisa divaksin. Untuk mencapainya, ia mengakui tentu perlu ada upaya percepatan vaksinasi.

"Saya setuju memang saat ini terjadi sedikit perlambatan vaksinasi, kecepatan terbanyak hanya di Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) yang aksesnya mudah, jadi bisa menikmati," ujarnya.

Di luar wilayah itu, ia mengakui laju vaksinasi masih lama. Sebab menyangkut distribusi, transportasi, operasional, termasuk sumber daya manusia.

Ia menyontohkan, banyak perkampungan di Sumatra dan Nusa Tenggara yang ternyata tak ada vaksinnya. Menurutnya, jumlah stok vaksin yang terbatas ditambah masalah geografis jadi persoalan. Oleh karena itu, ia meminta ini yang harus menjadi perhatian pemerintah karena belum merata dan setaranya distribusi vaksin di luar Jabodetabek dan Bali.

"Saya rasa target 40 persen populasi suatu negara bisa divaksin di akhir tahun ini itu tidak mudah termasuk Indonesia karena tantangan geografis dan SDM. Jadi, ini harus dilakukan evaluasi dan perbaikan, terutama di luar Jawa," ujarnya.

Sebelumnya, laju vaksinasi Covid-19 dosis kedua selama tiga hari terakhir tak banyak berubah. Berdasarkan data Kemenkes, tercatat masyarakat Indonesia yang menerima vaksin Covid-19 dosis kedua per 5 September 2021 sebanyak 38.223.153 orang.

Kemudian keesokan harinya per 6 September 2021 sebanyak 38.472.091 orang menerima vaksin Covid-19 dosis kedua. Per 7 September 2021 sebanyak 39.165.980 orang menerima vaksin Covid-19 dosis kedua atau lengkap.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement