Rabu 08 Sep 2021 05:15 WIB

Kisah Pendeta Yahudi yang Masuk Islam

Tidak banyak kaum Yahudi masuk Islam pada zaman sahabat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Pendeta Yahudi yang Masuk Islam. Foto: Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Kisah Pendeta Yahudi yang Masuk Islam. Foto: Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKRTA – Pada zaman sahabat dan tabiin, tidak banyak kaum Yahudi yang masuk Islam. Namun, ada seorang pendeta yang mendapatkan hidayah dan masuk Islam, yaitu Ka’ab al-Ahbar. Dia mendapat julukan Abu Ishaw dan dipanggil dengan Ahbar atau Hibru dan Habru, yang artinya tinta atau orang alim karena keluasan ilmunya.

Sebelum masuk Islam Ka’ab tinggal di Yaman dan menganut agama Yahudi. Ka’ab hidup di zaman Nabi Muhammad, tapi ia tidak pernah bertemu dengan nabi. Setelah Rasulullah wafat, baru ia mengikrarkan dirinya sebagai seorang Muslim.

Baca Juga

Setelah memeluk Islam, kemudian Ka’ab banyak belajar Alqur’an dan hadis pada para sahabat, sampai akhirnya berhasil menjadi salah satu pembesar ulama Islam dan banyak menyampaikan berita israiliyyat.

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam al-Ishabah menjelaskan, Ka’ab meriwayatkan beberapa hadis Nabi secara mursal, dan jugameriwayatkan hadis dari para sahabat seperti dari Umar bin Khattab, Syuhaib, dan Aisyah.

Dikutip dari kitab Nashaihul ‘Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani, Ka’ab al-Ahbar merupakan seorang pendeta Yahudi yang masuk Islam pada masa Umar bin Khataab radhiyallahu anhu. Dalam kitabnya, Syekh Nawawi juga mengutip kiat-kiat dari Ka’ab agar aman dari gangguan setan.

Baca juga : Warga Panjshir Khawatir Saat Taliban Mengklaim Kemenangan

“Benteng orang mukmin dari gangguan setan itu ada tiga, masjid, berdzikir kepada Allah, dan membaca Alqur’an,” Kata Ka’ab.

Alasan Ka’ab masuk Islam telah dijelaskan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam al-Ishabah fi Tamyiizi ash-Shahabah. Ibnu Hajar menceritakan bahwa suatu hari Abbas bertanya pada Ka’ab,

“Apa yang menghalangimu, sehingga tidak memeluk Islam semenjak zaman Rasululah Saw dan Abu Bakar?”

Ka’ab menjawab, “Suatu hari ayahku menulis sebuah kitab untukku dari Taurat, dan berpesan, ‘Amalkanlah kitab ini!’ Ayah kemudian menyegel kitab itu, sementara kitab-kitab lain tidak ada yang disegel. Ayah memintaku berjanji atas nama hak ayah terhadap anaknya agar tidak membuka segel kitab tersebut. Ketika aku melihat Islam telah menyebar ke berbagai daerah, aku berkata dalam hati, “Mungkin ayah menyembunyikan sebuah ilmu dariku.” Maka segel itu aku buka, ternyata isinya adalah tentang ciri-ciri Nabi Muhammad dan umatnya.”

Ka’ab lalu berkata pada Abbas, “Maka sekarang aku datang sebagai seorang muslim.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement