Rabu 08 Sep 2021 10:45 WIB

Dolar AS Dekati Tertinggi 1 Pekan di Asia

Greenback mempertahankan kenaikan terbesarnya dalam sebulan versus mata uang Jepang.

Karyawan menghitung uang dolar di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/5). Nilai tukar dolar AS meningkat di dekat tertinggi satu minggu terhadap mata uang utama lainnya di perdagangan Asia pada Rabu (8/9) pagi.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan menghitung uang dolar di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/5). Nilai tukar dolar AS meningkat di dekat tertinggi satu minggu terhadap mata uang utama lainnya di perdagangan Asia pada Rabu (8/9) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Nilai tukar dolar AS meningkat di dekat tertinggi satu minggu terhadap mata uang utama lainnya di perdagangan Asia pada Rabu (8/9) pagi. Kenaikan ini didukung oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi dan melemahnya euro di tengah kehati-hatian sebelum keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama rivalnya, sedikit berubah pada 92,553, sedikit di bawah tingkat tertinggi Selasa (7/9) di 92,571, level yang tidak terlihat sejak 1 September. Euro hampir datar di 1,18430 dolar AS setelah merosot ke 1,18375 dolar AS di sesi sebelumnya untuk pertama kalinya sejak 2 September.

Greenback mempertahankan kenaikan terbesarnya dalam sebulan versus mata uang Jepang dari semalam, diperdagangkan sedikit berubah pada 110,28 yen setelah terangkat oleh imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi. Obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan naik setinggi 1,385 persen pada Selasa (7/9) untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juli, naik hampir 6 basis poin dari penutupan Jumat (3/9). 

Indeks dolar telah jatuh ke level terendah sejak awal Agustus pada akhir pekan lalu, ketika laporan pekerjaan AS yang mengecewakan mendorong spekulasi Federal Reserve tidak akan mengumumkan pengurangan stimulus pada pertemuan kebijakan bulan ini.

Bank sentral AS mungkin juga memiliki alasan untuk berhenti sementara karena kematian akibat COVID-19 melonjak di negara itu. Data Reuters menunjukkan bahwa lebih dari 20.800 orang meninggal akibat virus dalam dua minggu terakhir, naik sekitar dua pertiga dari periode sebelumnya. Presiden Joe Biden akan menguraikan rencana untuk mengatasi varian Delta yang sangat menular pada Kamis (9/9).

"Penghindaran risiko di samping kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS telah membantu dolar memperpanjang pemulihan pasca-(laporan) penggajian," Rodrigo Catril, ahli strategi valuta asing senior di National Australia Bank, menulis dalam catatan.

Di tempat lain, keputusan bank sentral Reserve Bank of Australia pada Selasa (7/9) untuk melanjutkan pengurangan pembelian obligasi sambil menambahkan konsesi dovish untuk memperpanjang program hingga Februari. Ini membantu melemahkan dolar Aussie, yang sedikit berubah pada 0,73885 dolar AS pada Rabu, mempertahankan sesi sebelumnya yang melemah 0,7 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement