REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Raut ketakutan tampak di wajah sejumlah orang yang berdatangan ke lokasi kebakaran di lembaga pemasyarakatan (lapas) kelas 1 Tangerang pada Rabu (7/9) siang. Mereka adalah keluarga korban insiden kebakaran yang telah menewaskan 41 orang tahanan.
Nuryati, salah satu keluarga korban, saat ditemui di Lapas Kelas 1 Tangerang terlihat tak dapat membendung rasa khawatirnya. Dia mengaku kaget saat pertama kali mengetahui adanya insiden kebakaran di lapas yang dihuni oleh anaknya, Ujang Supriyatna.
Informasi kebakaran tersebut awalnya dia peroleh dari salah satu anaknya yang lain yang mendapatkan kabar dari berita di stasiun televisi. Saat mengetahui itu, hatinya terasa remuk. Pikirannya melayang kemana-mana dan takut jika anaknya, Ujang, menjadi salah satu dari 41 korban yang tewas dalam insiden tersebut.
"Aduh rasanya pingsan setengah mati saya, pagi pulang kerja dapat telepon jejeritan di rumah minta tolong sama tetangga pengen ke sini (lapas) saya pengen lihat anak saya, tapi belum bisa lihat," cerita Nuryati.
Saat mendatangi Lapas Kelas 1 Tangerang, hatinya yang penuh dengan kekhawatiran mereda. Pasalnya, anaknya disebut pihak kepolisian dalam keadaan selamat, meski mengalami luka pada salah satu bagian tubuhnya.
Baca juga : Dewan Harap Revitalisasi Perpusda Bogor Selesai Lebih Cepat
"Alhamdulillah anak saya selamat. Cuma kena luka kakinya doang. Mungkin nginjek-nginjek (reruntuhan kebakaran). Selamat dia tadi sudah telepon," tuturnya.
Dia mengaku bersyukur karena anaknya selamat. Meski sang anak yang diketahui terjerat kasus narkotika tersebut hanya membawa tubuh serta pakaian yang dikenakannya. Sementara pakaian-pakaian lain atau barang-barang miliknya lainnya yang berada di blok C2 hangus terpanggang si jago merah.
Nuriyati menuturkan, anaknya mengaku sudah mendapatkan perawatan terhadap kakinya yang mengalami luka. berdasarkan informasi dari kepolisian, anaknya kini dipindahkan dari blok C2 ke blok F.
Nuriyati merupakan satu dari sekian banyak keluarga korban yang tampak panik saat mengunjungi lapas. Bahkan ada di antara mereka yang datang jauh-jauh dari daerah asalnya.
Seperti Khairuddin, seorang pria paruh baya yang datang dari Sukabumi untuk mengecek anaknya, Slamet Nuryanto, di lapas tersebut. "Saya dari Sukabumi. Dapat kabar pagi lewat TV. Kakaknya ngebel, saya langsung ke sini," tuturnya.
Khairuddin mengaku sangat khawatir jika sang anak terenggut nyawanya akibat insiden tersebut. Terlebih, dia mengatakan, Slamet akan bebas pada 2022, setelah selama ini dibui lima tahun.
Baca juga : Yasonna Sebut tak Ada Perawatan Listrik di Lapas Tangerang
Insiden kebakaran di Lapas Kelas 1 Tangerang tepatnya di blok hunian Chandiri 2 (Blok C2) terjadi pada Rabu (7/9) sekira pukul 01.45 WIB. Kebakaran tersebut akhirnya padam setelah berlangsung sekitar dua jam. Dalam insiden tersebut 41 orang dinyatakan tewas terbakar.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly saat meninjau lokasi kebakaran mengatakan, telah mengucapkan bela sungkawa kepada para keluarga korban atas insiden tersebut dan akan memberikan santunan untuk mereka. "Saya mengucapkan turut berbela sungkawa dan berduka cita yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga korban musibah kebakaran yang terjadi di blok C2 Lapas Kelas 1 Tangerang. Saya sudah bertemu dengan perwakilan keluarga," kata dia.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (PAS), jumlah orang yang meninggal dalam insiden tersebut berjumlah 41 orang. Sebanyak 40 orang di antaranya tewas di TKP. Keseluruhan dari mereka merupakan narapidana kasus narkotika. Sementara satu orang lainnya meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit. Satu orang ini merupakan narapidana kasus terorisme.
Jumlah korban yang selamat sebanyak 81 orang. Dari jumlah tersebut, delapan di antaranya mengalami luka berat dan dibawa ke RSUD Kota Tangerang. Lalu, 73 orang lainnya mengalami luka ringan, sembilan di antaranya dirawat di Klinik Lapas Tangerang sementara 64 orang ditempatkan sementara di masjid Lapas Kelas 1 Tangerang.