Rabu 08 Sep 2021 17:40 WIB

GPBSI: Menyiapkan Film untuk Bioskop tidak Mudah

Film-film nasional banyak berlih ke platform streaming.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Pengunjung melintas di depan jadwal film yang akan diputar di salah satu bioskop di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (4/11/2020). Pemerintah Kota Palembang kembali mengizinkan bioskop kembali beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Pengunjung melintas di depan jadwal film yang akan diputar di salah satu bioskop di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (4/11/2020). Pemerintah Kota Palembang kembali mengizinkan bioskop kembali beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin, mengatakan film adalah tulang punggung bioskop. Artinya, saat bioskop kembali dibuka, hal terpenting yang harus dipikirkan adalah film apa yang akan ditayangkan.

“Saya lihat di sini yang paling penting itu persiapkan film dulu. Dibuka juga kalau tidak ada film mau nonton apa? Nah ini enggak gampang,” ujar Djonny saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (8/9).

Misalnya saja film-film Hollywood, pihak di sana baru mau menurunkan filmnya jika pasar bisa mencapai 60 persen, belum lagi film-film nasional yang sudah banyak beralih ke platform streaming. Dalam pengadaan film, banyak aspek yang harus dipikirkan begitu pula pengirimannya ke seluruh Indonesia.

“Film adalah tulang punggung ketika bioskop dibuka. Untuk film, kami sudah sering kontakan juga, jika bioskop sudah buka akan dikirimkan, lalu akan dijadwalkan terus sampai beberapa bulan. Tidak bisa hanya jadwal satu bulan saja,” kata dia.

Apalagi sampai Desember 2021 ini banyak sekali film bagus yang dirilis, pastinya akan sangat menarik minat penonton. Namun untuk film nasional yang beralih ke platform streaming juga jadi pertimbangan, dikhawatirkan jika masyarakat hanya menonton film luar akan membuat candu.

“Kalau importir itu sudah teman kami juga, cuma masalahnya kalau market kurang dari 60 persen, pasti mereka tidak mau, karena rugi. Misal Jakarta tidak buka, tiba-tiba Semarang buka, penonton Jakarta merasa ‘kami belum nonton’, terjadi degradasi dan nanti image-nya tidak bagus. Kalau serentak kan lebih bagus,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, selama pandemi Covid-19, bioskop ditutup pertama kali pada Maret 2020, lalu setelahnya bioskop dibuka, kemudian ditutup lagi, dan masih belum ada aturan pasti lagi.

Rencananya, bioskop akan kembali dibuka pada 14 September 2021 dengan kapasitas maksimal 50 persen penonton saja. Namun ini masih menunggu surat-surat yang dibutuhkan, dan persiapan lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement