Sabtu 11 Sep 2021 05:00 WIB

Proning Position Bantu Pasien Covid-19 Hindari Ventilator

Proning position bantu paru bekerja lebih efisien hingga tak butuh ventilator.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Proning position membuat paru bekerja lebih efisien hingga pasien Covid-19 lebih kecil kemungkinannya untuk memerlukan ventilator.
Foto: Thelancet.com
Proning position membuat paru bekerja lebih efisien hingga pasien Covid-19 lebih kecil kemungkinannya untuk memerlukan ventilator.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proning position dapat membantu paru-paru bekerja lebih efisien. Menurut sebuah penelitian, merotasi posisi tidur pasien Covid-19 yang mengalami masalah pernapasan berat ke posisi tengkurap segera setelah diopname dapat secara signifikan mengurangi kebutuhan ventilator.

 

Penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Lancet Respiratory Medicine. Dikutip dari Indian Express, penelitian ini dilakukan di enam negara dan melibatkan lebih dari 1.100 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Pasien-pasien itu membutuhkan terapi oksigen aliran tinggi dengan kanula hidung yang digunakan untuk memberikan oksigen yang dipanaskan dan dilembapkan secara memadai. Temuan ini berasal dari uji coba yang dilakukan di pusat medis di AS, Meksiko, Prancis, Kanada, Irlandia, dan Spanyol pada pasien Covid-19 yang sakit parah antara April 2020 hingga Januari 2021.

“Bernapas dalam posisi tengkurap membantu paru-paru bekerja lebih efisien,” jelas penulis utama studi tersebut yang juga profesor di Pusat Medis Universitas Rush di AS, Jie Li.

Li mengatakan, orang dengan masalah oksigenasi parah yang kemudian berbaring tengkurap, akan menyeimbangkan aliran darah  dengan ventilasi di paru-paru hingga meningkatkan kadar oksigen darah. Posisi tengkurap telah dilaporkan meningkatkan oksigenasi untuk pasien dengan Covid-19 dalam studi retrospektif dan observasional.

Hanya saja, belum diketahui manfaatnya dalam meningkatkan kesembuhan pasien Covid-19. Dalam studi terbaru, pasien dewasa Covid-19 yang membutuhkan terapi oksigen aliran tinggi (High Flow Nasal Canula) dan setuju untuk berpartisipasi dalam uji klinis ini, secara acak dibaringkan dalam dua kelompok, yakni posisi terlentang atau tengkurap.

Mereka diminta untuk tetap dalam posisi itu selama bisa menoleransinya. Baik kelompok posisi terlentang maupun tengkurap menerima terapi oksigen aliran tinggi dan manajemen medis standar. Pasien terus dipantau untuk menentukan apakah ventilasi mekanis atau ventilator diperlukan.

Studi menunjukkan bahwa pasien dalam kelompok posisi tengkurap secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk memerlukan ventilator. Tepatnya, ada 33 persen pada kelompok posisi tengkurap sadar memerlukan ventilator, sementara angkanya pada kelompok terlentang adalah 40 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement