REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Syafiq A Mughni, mengatakan, setuju dengan upaya pemerintah Indonesia ikut serta bersama masyarakat internasional untuk mewujudkan perdamaian dunia yang abadi, termasuk di Afghanistan. Ini adalah amanat Undang-Undang Dasar.
"Usulan pemerintah Indonesia tentang beberapa kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah Afghanistan sesungguhnya memiliki urgensi kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan Indonesia saja tetapi juga untuk kepentingan bersama," kata Prof Syafiq kepada Republika.co.id, Jumat (10/9).
Prof Syafiq mengatakan, pemerintah Indonesia ingin agar Afghanistan berkembang menjadi negara yang kuat dan berperan menciptakan tata dunia yang merdeka, adil, sejahtera, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan universal.
Ia juga menyampaikan, prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri orang lain tetap perlu dipertahankan. Tetapi tidak menafikan usulan dan harapan agar prasyarat pembangunan hubungan internasional yang lebih positif bisa terwujud. Berharap agar Afghanistan bisa terlibat dengan lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Prof Syafiq mengatakan melihat latar belakang pendidikan dan paham keagamaan masyarakat Afghanistan, mereka punya modal besar untuk mengadopsi spirit wasathiyah atau moderasi. Darul Ulum Deoband di India yang menjadi rujukan pendidikan dan keagamaan Taliban adalah lembaga yang menganut nasionalisme komposit, sebuah paham kebangsaan yang memayungi semua warga negara dengan beragam agama dan etnisitas.
"Deoband tidak terlibat dalam hiruk-pikuk kekuasaan di India. Paham Deoband juga mengakui realitas faham keagamaan yang berbeda, sekalipun secara formal bermazhab Hanafi dalam fiqih, dan Maturidi dalam teologi. Ini mazhab yang sangat umum di hampir semua negara di Kawasan Asia Tengah," jelasnya.
Ia menerangkan, Taliban juga tidak memiliki visi internasionalisme Islam, dan tidak membangun jaringan dengan gerakan-gerakan transnasional. Karena itu kecil kemungkinan menjadi negara yang akan mengekspor terorisme. Karena pengalaman sejarah penjajahan yang panjang, semangat anti-penjajahan menjadi orientasi keagamaan dan politik yang paling kuat.
"Semua ini adalah harapan dan tentunya semoga terwujud situasi Afghanistan yang aman, damai, adil dan sejahtera. Sekalipun itu tidak mudah, tapi kita bisa membantu doa, harapan, dan kerjasama di berbagai bidang keagamaan, sosial, pendidikan dan budaya," ujarnya.