Jumat 10 Sep 2021 14:15 WIB

Anggota Parlemen Muslim Inggris Bicara tentang Islamofobia

Menurutnya, islamofobia sangat nyata di Inggris.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Anggota Parlemen Muslim Inggris Bicara tentang Islamofobia. Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol_93
Anggota Parlemen Muslim Inggris Bicara tentang Islamofobia. Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang anggota parlemen Muslim, Zara Sultana menangis selama pidato yang dia buat pada Kamis (9/9). Dalam pidatonya ia berbicara tentang pelecehan yang dia terima sejak dia menjadi politikus selama debat parlemen tentang definisi Islamofobia.

Zara Sultana, anggota parlemen Partai Buruh untuk Coventry South mengatakan dia menerima berbagai pesan kasar. Di antaranya, ada yang berkirim pesan 'Sultana, kamu dan gerombolan Muslim kamu adalah ancaman nyata bagi kemanusiaan,' atau 'di mana pun kamu berada kamu adalah penyakit, pergi' dan yang lain mengatakan, bahwa dirinya adalah simpatisan teroris dan sampah bumi.

Baca Juga

"Sebelum terpilih, saya gugup menjadi wanita Muslim di mata publik," kata Sultana di Westminster Hall, dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (10/9).

Sultana mengaku tumbuh dewasa dan telah terbiasa melihat pelecehan yang dialami oleh Muslim Inggris. Karenanya dia juga mengetahui perjalanannya sebagai muslim tidak akan mudah. “Dan ketika gadis-gadis muda bertanya kepada saya bagaimana rasanya, saya ingin mengatakan bahwa saya salah karena khawatir, bahwa mereka akan menghadapi tantangan yang sama seperti teman dan kolega non-Muslim mereka. Tetapi dalam waktu singkat saya di Parlemen, itu tidak benar," kata dia.

Sultana melanjutkan menjadi seorang perempuan Muslim, menjadi seorang yang blak-blakan dan berhaluan kiri, akan menjadi sasaran rentetan rasialisme dan kebencian. Karena beberapa kelompok memandang Muslim adalah musuh mereka. "Seolah-olah saya adalah musuh negara tempat saya dilahirkan, seolah-olah saya bukan milik saya," ujarnya.

Sultana juga mengatakan pelecehan yang dia terima semakin memburuk ketika dia mengkritik mantan perdana menteri Tony Blair karena melancarkan "perang ilegal" di Afghanistan. Sultana menggarisbawahi Islamofobia ini tidak datang dari ruang hampa, melainkan karena doktrin turun temurun.

Sultana mengatakan Sabtu ini akan menandai peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Amerika Serikat. Sebuah serangan pembunuhan massal yang mengerikan yang selalu membayangi warga AS.

Menurutnya, ini adalah latar belakang perang bencana di Timur Tengah, di mana hubungan palsu ditarik antara Irak dan serangan 9/11, memberikan legitimasi palsu untuk perang yang lebih berkaitan dengan minyak daripada keselamatan warga Inggris. Sultana berharap segalanya bisa menjadi lebih baik di masa depan, saat dia menundukkan kepalanya, tetapi segalanya menjadi lebih buruk.

Mengacu pada sebuah artikel yang ditulis oleh Perdana Menteri Boris Johnson, Sultana mengatakan hari ini perdana menterinya telah mengolok-olok Muslim sebagai 'kotak surat' dan 'perampok bank.' Islamofobia, tambahnya, sangat nyata di Inggris.

“Islamofobia sangat nyata di Inggris saat ini. Orang-orang yang menyebarkan kebencian ini tidak hanya menargetkan Muslim, mereka menargetkan orang kulit hitam, mereka menargetkan orang-orang Yahudi, mereka menargetkan komunitas Gipsi, Roma dan Wisatawan, mereka menargetkan para migran dan pengungsi. Ada keamanan dalam solidaritas, dan hanya dengan menyatukan perjuangan kita, kita akan mengalahkan rasialisme," tuturnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement