Jumat 10 Sep 2021 18:25 WIB

Kapan Awal Mula Adzan Dikumandangkan?

Ayara adzan tak asing di telinga orang Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Hafil
 Kapan Awal Mula Adzan Dikumandangkan?. Foto: azan (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kapan Awal Mula Adzan Dikumandangkan?. Foto: azan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Suara adzan mungkin sudah tidak asing lagi di telinga umat Muslim, terutama mereka yang tinggal di negara mayoritas Muslim. Umat Islam tentunya telah memahami bahwa adzan adalah panggilan untuk melaksanakan sholat.

Adzan dikumandangkan sedikitnya lima kali dalam sehari semalam, sesuai sholat lima waktu. Sehingga umat Islam mengetahui waktu sholat telah tiba melalui kumandang adzan.

Baca Juga

Bagaimana asal mula atau sejarah ditetapkannya adzan sebagai seruan untuk menunaikan sholat dan kapan adzan mulai dikumandangkan?

Ustaz Ahmad Zarkasih, Lc dalam bukunya berjudul "Adzan, Hanya Sebagai Penanda Waktu Shalat?" menyebutkan, ada beberapa riwayat yang menyebutkan sejarah disyariatkannya adzan untuk panggilan sholat berjamaah. Satu riwayat menyebutkan syariat adzan pertama kali pada tahun kedua Hijriyah, dan ada juga yang mengatakan sejak di Makkah sebelum hijrah.

Namun, riwayat yang paling kuat ialah yang menyatakan adzan pertama kali dikumandangkan di Madinah pada tahun pertama Hijriyah. Di tahun pertama dari hijrah, Rasulullah Saw membangun masjid dengan mengerjakannya sendiri.

Di tahun itu pula disyari'atkan adzan. Hal itu berawal dari saat Nabi Muhammad Saw bermusyawarah dengan para sahabat tentang apa yang dilakukan saat masuk waktu sholat dan bagaimana cara memberi tahu umat Islam akan tibanya waktu sholat. Dengan demikian, mereka segera ke masjid untuk melaksanakan sholat secara berjamaah.

Mengutip dari buku "Sejarah Ibadah" karya Syahruddin El-Fikri, ada beberapa usulan dari sahabat terkait hal itu. Di antaranya, ada yang mengusulkan agar mengibarkan bendera sebagai tanda waktu sholat telah tiba. Apabila benderanya berkibar, hendaklah orang yang melihatnya memberitahu kepada khalayak umum. Para sahabat tidak menyetujuinya karena hal itu tidak dapat dilihat oleh orang yang tidur dan yang lalai.

Adapula yang mengusulkan supaya ditiup terompet dan menyalakan api di bukit yang tinggi seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani.

Namun semua usulan itu ditolak oleh Nabi Saw. Kala itu Nabi Saw mengganti usulan itu dengan lafal asshalatu jami'ah (marilah sholat berjamaah). Umar bin Khathab kemudian memberikan usul agar ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. 

Saran itu kemudian diterima oleh semua orang dan Nabi Saw sendiri. Akan tetapi, pada suatu kesempatan, kalimat yang diusulkan Nabi Saw itu diganti dengan kalimat tauhid seperti yang dikumandangkan saat ini. 

Abu Daud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid berkata, "Ketika cara memanggil kaum Muslimin untuk sholat dimusyawarahkan. Suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud menjual lonceng itu. Aku pun berkata padanya, 'Wahai hamba Allah, apakah engkau menjual lonceng itu?' Dia berkata, 'Apa yang akan engkau lakukan dengannya?' Maka kujawab: 'Kami akan gunakan lonceng itu sebagai panggilan sholat.' Dia pun berkata, 'Mau engkau kuberi tahu (panggilan) yang lebih baik dari (bunyi lonceng) itu?' Dan aku menjawab, 'Ya!' Lalu dia berkata lagi dan kali ini dengan suara yang amat lantang:

- Allahu Akbar Allahu Akbar

- Asyhadu alla ilaha illallah

- Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

- Hayya 'alash shalah

- Hayya 'alal falah

- Allahu Akbar Allahu Akbar

- La ilaha illalah

Keesokan harinya, Abdullah ibn Zaid mendatangi Rasulullah Saw dan menyampaikan perihal mimpi itu kepadanya. Rasulullah Saw pun berkata, "Mimpi itu adalah mimpi yang benar." Rasul kemudian menyuruh untuk mengajarkannya kepada Bilal, karena Bilal memiliki suara yang sangat lantang.

Ketika Umar bin Khathab mendengarnya, ia berkata kepada Rasul, "Demi Allah, Akupun bermimpi seperti itu juga." Dengan demikian, orang yang pertama kali mengumandangkan adzan adalah Bilal bin Rabbah.

Siapakah sosok Bilal ini?

Untuk pertama kalinya adzan diperdengarkan di Madinah dengan muadzin bernama Bilal ini. Bilal dipilih sebagai muadzin karena ia memiliki suara indah dan keras, sehingga bisa menjangkau jarak jauh.

Bilal adalah seorang yang berasal dari keturunan Afrika yang memiliki kulit hitam, rambut keriting, dan postur tubuhnya tinggi khas orang Habasyah (kini Ethiopia). Dia adalah budak Umayyah bin Kholaf, salah seorang bangsawan Makkah. Setelah menyatakan Keislamannya kepada Rasulullah Saw, ia menjadi sahabat yang setia.

Karena itulah, ia disiksa dengan sangat keras oleh majikannya. Abu Bakar kemudian membelinya dan memerdekakannya dari budak. Bilal wafat pada tahun 20 Hijriyah dalam usia 60 tahun. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement