Jumat 10 Sep 2021 21:08 WIB

Kesabaran Keluarga Nabi Ibrahim

Kesabaran Menakjubkan Keluarga Nabi Ibrahim.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Kesabaran Keluarga Nabi Ibrahim. Foto: Maqam Ibrahim
Foto: Saudi Gazette
Kesabaran Keluarga Nabi Ibrahim. Foto: Maqam Ibrahim

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tausiyah tentang Kesabaran Yang Sangat Menakjubkan Keluarga Nabi Ibrahim Alaihis Salam oleh KH Abdurrahman Bustomi dalam buku Mimbar Jumat edisi 1123 terbitan Bidang Penyelenggara Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), 20 Agustus 2021.

Kiai Abdurrahman memulai tausiyahnya dengan mengutip perkataan Syekh Ibnu Athaillah Assakandary.

Baca Juga

"Tidak ada satu hembusan nafas yang dihirup oleh dirimu melainkan ada ketentuan taqdir Tuhan di dalamnya." (Syekh Ibnu Athaillah)

Begitupun apa yang terjadi pada saat ini terkait dengan pandemi yang menimpa umat manusia sedunia termasuk di Indonesia. Yang demikian adalah bagian dari ketentuan takdir Allah. Kita hanya bisa berdoa semoga musibah yang menimpa menjadi kifarat bagi kita dan segera diangkat oleh Allah SWT.

Napak tilas kelurga Nabi Ibrahim alaihis salam akan memperlihatkan kesabaran yang sangat menakjubkan dari keluarga Nabi Ibrahim alaihis salam. Cobaan bermula dari ditinggalkannya Siti Hajar di lembah gersang.

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS Ibrahim: 37).

Dalam Kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah disebutkan bahwa Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim alaihis salam. “Akan kemana engkau Ya Ibrahim?”

Pertanyaan itu diulang sampai tiga kali tanpa mendapat jawaban. Sampai akhirnya bertanya kembali, “Apakah ini merupakan perintah Tuhanmu?” Nabi Ibrahim pun menjawab dengan “ya.”

Menengar jawaban ini menjadikan Siti Hajar mengambil kesimpulan sendiri, “Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan.”

Itulah letak kepasrahan total dari Siti Hajar atas keputusan Allah. Nabi Ibrahim pun berdoa dan naik ke gunung untuk anak keturunannya dengan doa seperti pada QS Ibrahim: 37. Selanjutnya terjadi peristiwa Shafa dan Marwa dalam rangka sya’i (lari-lari kecil mencari air hingga tujuh kali pulang pergi).

Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap pekerjaan harus dimulai dengan sesuatu yang bersih karena shafa berarti bersih, sehingga bisa mencapai marwa yang berarti menuai atau memanen. Tujuh kali pengulangan mengandung hikmah agar manusia tidak mudah putus asa dalam berusaha. Air yang di cari oleh Siti Hajar dan keluarnya dari kaki Ismai alaihis salam mengandung isyarat bahwa kadang orang tua yang berusaha, namun Allah berikan rejekinya melalui anak. Itulah kisah air zam- zam yang fenomenal.

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS Al Hajj: 27)

Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Ibrahim alaihis salam untuk menyeru manusia berhaji. Nabi Ibrahim alaihis salam bertanya tentang bagaimana cara menyerunya. Namun Allah menerangkan bahwa kewajiban Nabi Ibrahim alaihis salam hanya menyeru atau memanggil saja. Yang akan mendatangkan mereka adalah Allah SWT.

Sebuah hadis Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah menyebutkan, "Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah."

Pada peristiwa Nabi Ibrahim alaihis salam mendialogkan perintah berqurban terjadi dialog yang sangat baik antara Nabi Ibrahim alaihis salam dan Ismail kecil alaihis salam. Hal ini menunjukkan keshalihan seorang anak dari didikan orang tua yang shalih. Peristiwa penggantian Nabi Ismail dengan qibas pada peristiwa qurban menunjukkan kemudahan Allah dan pengutamaan kemanusiaan.

Pada masa pandemi menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat adalah lebih utama. Sehingga segala upaya pencegahan kehancuran dan terpeliharanya kesehatan dan terjaganya nyawa harus diupayakan.

Menurut Imam Ghazali kemaslahatan nilai kemanusiaan harus didahulukan dari agama. Sejatinya agama mengatur kemudahan bagi manusia dan agama tidak bisa dijalankan tanpa kesehatan dan terjaganya nyawa. Agama mengatur kemaslahatan manusia dengan memudahkan perkara ibadah ketika dalam keadaan sulit semacam berwudhu bisa digantikan dengan tayamum ketika tidak memungkinkan untuk menggunakan air, sholat yang pada hukum asalnya dikerjakan dengan berdiri, ketika tidak mampu berdiri bisa dengan duduk, berbaring dan seterusnya.

Hikmah dari kisah Nabi Ismail alaihis salam dan Nabi Ibrahim alaihis salam telah mengajarkan kesabaran luar biasa dalam melaksanakan taat kepada Allah. Mushibah tidak akan terjadi dalam dua hal. Pertama, Allah tidak mengazab kaum yang Rasulullah berada di sana. Kedua, Allah tidak akan mengazab negeri yang di dalamnya penduduk beristighfar.

Setidaknya mushibah yang terjadi pada masyarakat kita saat ini memiliki hikmah. Mushibah adalah kafarat bagi negeri dan masyarakat atas dosa-dosa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement