REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Klinis Forensik, Kasandra Putranto menganggap glorifikasi terhadap mantan narapidana kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, Saiful Jamil berlebihan. Bahkan juga bisa menimbulkan retraumatisasi kepada korban.
"Selebrasi dan glorifikasi berlebihan terhadap mantan napi adalah tidak tepat, karena berpotensi menimbulkan retraumatisasi pada korban, tidak hanya pada korban langsung maupun pada korban lainnya," kata Kasandra pada Jumat (10/9).
"Pemulihan dari PTSD bukanlah proses linier, dan terkadang kemunduran dapat terjadi," sambungnya.
Kasandra menuturkan, retraumatisasi adalah apa yang terjadi ketika seorang penyintas yang mengalami post traumatic stress disorder (PTSD) yang sedang pulih terkena orang, insiden, atau lingkungan yang menyebabkan mereka untuk menghidupkan kembali trauma mereka sebelumnya. Hampir seolah-olah semua itu terjadi lagi.
"Meskipun trauma ulang adalah komplikasi, efeknya dapat dibuat sementara, dengan bantuan pengobatan dan sikap positif yang mengalihkan fokus pemulihan kembali ke harapan untuk masa depan yang lebih cerah," kata dia.
Kasandra melanjutkan, bagi penderita gangguan stres pascatrauma (PTSD), masa lalu bisa kembali kapan saja. Menanggapi keadaan atau peristiwa yang memicu, yang biasanya melibatkan beberapa jenis atau rangsangan sensorik atau emosional, mereka mungkin menghidupkan kembali atau mengingat trauma yang mempengaruhi hidup mereka begitu dalam, dengan berbagai intensitas.
Baca juga : Saiful Jamil Sang Pedofil: Sejarah Lahirnya Predator Anak
"Berbagai kejadian dapat mempengaruhi penderita PTSD, ada beberapa pemicu yang memicu reaksi yang sangat kuat, cukup kuat untuk membuat seolah-olah kejadian mengerikan itu terjadi lagi," tambahnya.