Ahad 12 Sep 2021 09:26 WIB

Kelangkaan Chip Otomotif Diprediksi Berlangsung Hingga 2023

Penurunan produksi mobil merek ternama masih terjadi karena sulit menapatkan chip.

Penurunan produksi mobil merek ternama masih terjadi karena sulit menapatkan chip (Foto: ilustrasi mobil listrik menggunakan chip)
Foto: Wikimedia
Penurunan produksi mobil merek ternama masih terjadi karena sulit menapatkan chip (Foto: ilustrasi mobil listrik menggunakan chip)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelangkaan dan kurangnya pasokan "chip" yang turut menganggu produk mobil secara global bisa bertahan hingga 2023. Kabar itu diperkuat dari berbagai pihak termasuk pada jenama mobil mewah asal Jerman Mercedez-Benz yang di kuartal ketiga 2021 mengalami penurunan produksi dan penjualan secara signifikan karena sulitnya mendapatkan chip.

"Produsen chip menyebutkan kondisi itu akan terus berlanjut hingga 2022 secara struktural dan kemudian perlahan membaik. Artinya kelangkaan bisa terjadi hingga 2023," kata Kepala dari Mercedes-Benz Kallenius seperti dikutip dari BBC, Ahad (12/9).

Baca Juga

Ia berharap secara global kelangkaan pasokan chip tidak sampai membuat industri lainnya mengalami penurunan dari berbagai aspek seperti yang tengah dialami oleh Mercedes-Benz dalam beberapa bulan terakhir. Kallenius menyebutkan, pandemi merupakan ujian tekanan dan bahkan mengibaratkannya sebagai sebuah kemacetan lalu lintas bagi industri otomotif, yang butuh waktu untuk kembali mengurai dan membuat jalan menjadi lancar.

"Kita harus belajar dari ujian tekanan ini dan melihat lebih jauh ke depan seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasokan chip agar bisa membuat sistem yang lebih kuat lagi," ujar Kallenius.

Pandemi COVID-19 menjadi ujian tekanan tidak hanya bagi industri otomotif tapi juga lintas industri yang mengandalkan chip untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang kini tak bisa lepas dari teknologi. Analis dari Gartner yang merupakan perusahaan riset teknologi global, Koray Kose, menyebutkan selain kelangkaan.

Tekanan lainnya yang kini tengah dihadapi oleh industri chip adalah persiapanmenyambut jaringan 5G. Disusul juga denganlarangan Amerika Serikat kepada para pemilik teknologi semikonduktor untuk menjual produknya kepada Huawei.Hal itu menyebabkan pembuat chip di luar AS kebanjiran pesanan dari China.

Ketika pandemi berlangsung, tanda-tanda awal permintaan untuk chip berfluktuasi menyebabkan penimbunan dan pemesanan chip di muka oleh beberapa perusahaan teknologi sehingga membuat pemain lain harus berjuang untuk mendapatkan komponen. Masyarakat secara global yang bekerja dari rumah membutuhkan laptop, tablet, dan webcam untuk membantu mereka melakukan pekerjaan mereka padahal dan pabrik-pabrik chip tutup selama lockdown.

Hal itu menyebabkan tak sedikit konsumen berjuang untuk membeli perangkat yang mereka inginkan, meski pada akhirnya produsen sejauh ini selalu mampu memenuhi permintaan pada akhirnya. Kabar kelangkaan chip yang diperkirakan akan terjadi hingga 2023 turut dibenarkan oleh raksasa teknologi di industri komputer.\Baik Kepala eksekutif Intel dan IBM turut menyebutkan hal serupa.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement