Pembukaan Pintu Wisata Bromo di Kabupaten Malang Disambut

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Bilal Ramadhan

Seorang seniman jaran kecak suku Tengger turut memeriahkan puncak Ritual Karo di desa Ngadas, Malang, Jawa Timur, Rabu (13/9). Ritual upacara Karo tersebut diperingati selama 15 hari pada tanggal 7 bulan Karo (bulan kedua dalam kalender Saka) sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan atas berkah yang sudah diterima sepanjang tahun.
Seorang seniman jaran kecak suku Tengger turut memeriahkan puncak Ritual Karo di desa Ngadas, Malang, Jawa Timur, Rabu (13/9). Ritual upacara Karo tersebut diperingati selama 15 hari pada tanggal 7 bulan Karo (bulan kedua dalam kalender Saka) sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan atas berkah yang sudah diterima sepanjang tahun. | Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rencana pembangunan sarana prasarana (sarpras) di Jemplang, Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang mendapatkan sorotan dari para aktivis lingkungan. Di sisi lain, pembangunan ini justru mendapatkan sambutan baik dari warga setempat.

Kepala Desa (Kades) Ngadas, Mujianto menjelaskan, Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS) memiliki sejumlah pintu masuk yang tersebar di empat kabupaten. Namun hanya Kabupaten Malang Malang yang belum memiliki sarana dan prasarana (sarpras) pendukung untuk menarik wisatawan.

"Karena selama ini di desa kami, mohon maaf, hanya sebagai lintasan atau lewatannya para wisatawan yang akan ke Bromo maupun Semeru," ucap Mujianto.

Dengan adanya pembangunan di Jemplang, masyarakat berharap akan ada titik-titik khusus yang bisa menarik wisatawan. Para pelaku wisata di Ngadas bahkan Tumpang nantinya bisa mendapatkan dampak positif dari pariwisata.

Sebab, selama ini sudah banyak masyarakat setempat yang berkecimpung di bidang jasa wisata seperti penyediaan mobil jeep. Sejak 2012 hingga 2018, setidaknya ada 65 kendaraan jeep di wilayah Ngadas. Transportasi ini ditunjukkan pada wisatawan yang hendak berkunjung ke laut pasir.

Selain jeep, masyarakat Ngadas juga menyiapkan homestay yang saat ini sudah tersedia 38 rumah. "Itupun kalau jumlah kamar lebih dari itu, karena ada yang punya dua kamar, tiga kamar dan lebih maksimal lima kamar," kata dia.

Meskipun warga menyambut baik rencana pembangunan, Mujianto berharap, pengelola bisa melampirkan MoU dengan jelas. Kesepakatan ini bertujuan agar masyarakat benar-benar bisa mendapatkan nilai dari pembangunan tersebut. Ia tidak ingin warga tidak memperoleh apapun dari keberadaan sarana dan prasarana (sarpras) tersebut.

Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru saat ini telah dibuka untuk para wisatawan, usai ditutup sejak 3 Juli 2021 pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pembukaan tersebut dilakukan secara bertahap menyesuaikan ketetapan PPKM di empat kabupaten. Dari empat kabupaten yang melingkupi TNBTS, hanya pintu masuk di Probolinggo dan Pasuruan yang sudah dibuka untuk wisatawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Kawasan Wisata Bromo Dibuka untuk Wisatawan

Embun Upas, Fenomena Tahunan di TNBTS

Ritual Kasada Masyarakat Tengger Dibatasi

Taman Nasional Bromo Belum Dibuka Lagi

Pengelola Wisata Gunung Bromo Terapkan Booking Online

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark