Ahad 12 Sep 2021 19:03 WIB

Al-Irsyad Bogor: Ulama Santri Lahir dari Rahim Indonesia

Al-Irsyad Al-Islamiyah Bogor mengajak umat rayakan Hari Santri

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Al-Irsyad Al-Islamiyah Bogor mengajak umat rayakan Hari Santri. Ilustrasi pawai Hari Santri Nasional
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Al-Irsyad Al-Islamiyah Bogor mengajak umat rayakan Hari Santri. Ilustrasi pawai Hari Santri Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Al-Irsyad Al-Islamiyah Bogor mengatakan, santri berperan aktif dalam  memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.  

Ketua Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad Bogor, Abdullah Abubakar Batarfie, menyatakan untuk itu penting sekali semua elemen masyarakat ikut khidmat dalam memperingati hari santri yang digelar setiap 22 Oktober.  

Baca Juga

"Hari santri Nasional diperingati agar menjadi bahan refleksi bagi segenap bangsa terutama generasi muda untuk tidak melupakan sejarah bahwa republik ini lahir berkat perjuangan para santri dan ulama," kata Abdullah Abubakar Batarfie saat dihubungi, Ahad (12/9). 

Karena itu hendaknya para generasi muda khususnya para santri untuk senantiasa meningkatkan kualitas melalui kemampuan intelektual diri dengan mengambil peran di segala bidang. Hal ini penting agar santri dapat mempertahankan kontribusinya untuk kemajuan bangsa. 

Menurut Abdullah Abubakar Batarfie, adanya UU tentang Pesantrean dan deklarasi hari santri menunjukan perhatian yang serius dari pemerintah atas peran santri dalam sejarah perjuangan bangsa dan pentingnya keberadaan pondok pesantren bagi kemajuan bangsa. 

Untuk itu dia mendorong, pemerintah dapat memperhatikan fasilitas santri di pondok pondok pesantren. 

"Perhatian pemerintah terhadap keberadaan pondok pesantren harus lebih ditingkatkan lagi yaitu agar pesantren pun memiliki hak yang setara dengan lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya baik itu menyangkut anggaran dan lain-lain," katanya. 

Abdullah menegaskan ulama dan santri adalah rahim dari ibu kandung Republik Indonesia. Pengorbanan dan kasih sayangnya umat Islam terhadap bangsa ini jauh lebih banyak dari buih di lautan yang tidak terhingga besarnya.  

Karena itu, kata dia, sekalipun rasa ketidaksamarataan atau keadilan yang tidak berimbang terhadap umat Islam, tidak kemudian membuat umat banyak menuntut. Bahkan terus berkontribusi pada bangsa ini dengan segenap yang dimilikinya. 

"Umat Islam sering terluka tapi luka itu tidak berberkas karena kecintaannya yang teramat besar pada bangsa ini," katanya.    

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement