Ahad 12 Sep 2021 22:48 WIB

Tujuh Hal yang Bisa Merusak Investasi

Salahnya investor, tidak mempelajari cara kerja masing-masing instrumen investasi.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Cermati

Mau punya penghasilan lebih? Satu cara yang bisa dicoba adalah investasi. Keuntungan investasi dinamakan return dengan besaran berbeda tergantung tingkat besar kecilnya risiko investasi.

Sayangnya, tidak semua investor berhasil memaksimalkan keuntungan investasinya. Beberapa justru mengalami kerugian karena kesalahan demi kesalahan yang tidak pernah diperbaiki dalam berinvestasi. 

Berikut kesalahan yang wajib kamu hindari saat investasi:

Baca Juga: Cara Menghitung Keuntungan Reksadana, Lengkap dengan Contoh

 

Investasi

Investasi dapat membuat rugi bila melakukan kesalahan ini

1. Tidak mempelajari instrumen investasinya

Instrumen investasi yang ada di Indonesia cukup beragam. Ada deposito, emas, reksadana, saham, obligasi, P2P Lending, valuta asing, dan lainnya. Setiap instrumen memiliki cara kerja dan tingkat risiko yang berbeda.

Salahnya investor adalah tidak mempelajari cara kerja masing-masing instrumen investasi tempatnya menaruh modal. Akibatnya, investasi tidak membuahkan hasil maksimal.

Malahan modalnya semakin lama semakin berkurang karena harus mengalami kerugian yang lumayan besar. Hal inilah yang menjadi pelajaran untukmu.

Pelajari cara kerja, untung rugi, serta risiko dari instrumen investasi yang dipilih sebelum menginvestasikan uang. Perbanyak pula membaca untuk mengetahui cara meraup keuntungan besar dari instrumen yang dipilih.

2. Tujuan investasi asal-asalan

Bukan hanya hidup saja yang harus punya tujuan, tapi juga investasi. Tujuan investasi tiap orang berbeda. Sekarang giliranmu mencari tahu apa yang menjadi tujuanmu memilih investasi sebagai wadah untuk memperoleh keuntungan.

Apakah tujuanmu untuk membeli rumah, kendaraan, atau sebagai tabungan pendidikan anak? Apapun tujuannya, tergantung masing-masing orang. Yang pasti, tujuan ini akan membantumu untuk memaksimalkan nilai investasi dan keuntungannya.

Jika tujuanmu untuk beli rumah, misalnya, tak mungkin kamu hanya mengandalkan investasi Rp 5 juta. Sampai 20 tahun pun, nilainya tak akan cukup untuk membayar DP rumah.

Yang ada, kamu harus sisihkan Rp 5 juta per bulan, jadi dalam 1-2 tahun, kamu bisa bayar DP rumah dan mulai mencicilnya.

3. Mau untung besar, tapi tak mau rugi

Prinsip investasi itu adalah ‘semakin besar keuntungan, semakin besar kerugian’. Jika kamu ingin untung besar, maka harus berani rugi besar.

Jika kerugian Rp 100 ribu sudah membuatmu pusing tujuh keliling, kamu pasti ogah berinvestasi atau mungkin akan menarik modalmu dari instrumen yang bersangkutan.

Maka dari itu, persiapkan nyali atau mental sebelum memulai investasi. Apapun hasilnya, untung atau rugi, kamu siap menghadapinya.

Hal ini justru akan membuatmu semakin semangat untuk belajar investasi guna membalikkan modal investasi yang sempat hilang karena rugi. Pastikan investasi dengan modal yang berani kamu tanggung jika rugi.

Baca Juga: Prospek Investasi Reksadana Saham di Semester 2 2021, Kinclong atau Suram?

4. Doyan sama investasi jangka pendek

Tingkat keuntungan dari investasi jangka pendek lebih sedikit dibandingkan jangka panjang. Karena waktu pengelolaan investasinya cenderung singkat, kesempatan perusahaan untuk memutar modalnya menjadi lebih sedikit. Tak heran kalau return lebih kecil.

Jika ingin berinvestasi, pilih yang jangka waktunya lebih panjang, seperti 10-15 tahun. Selagi kamu menginvestasikannya pada wadah yang tepat, uang pasti akan aman-aman saja. Apalagi kalau lembaga pengelolanya sudah diawasi oleh OJK, pasti lebih aman lagi.

Investasi

Investasi online

5. Gagal fokus dengan tujuan investasi

Katakanlah tujuan investasi di awal untuk dana pendidikan anak, namun entah kenapa berubah menjadi beli rumah karena kebetulan harga rumah lagi murah.

Akibatnya, kamu pun mencairkan modal investasi untuk beli rumah baru, sehingga tabungan pendidikan anak nol. Dampaknya memang belum terasa sekarang, tapi dalam 3-5 tahun ke depan saat kebutuhan pendidikan anak semakin banyak.

Bisa saja kamu akan menjual rumah yang sudah dibeli itu untuk membiayai pendidikan anak. Disarankan untuk lebih fokus lagi pada tujuan investasinya.

Jadi, kamu tidak kabur dari tujuan tersebut dan tetap gigih untuk menginvestasikan uangmu demi mencapai satu tujuan.

6. Gagal menganalisis investasi

Instrumen investasi cukup beragam, tapi tidak semua sesuai dengan kamu. Deposito, reksadana, emas, dan obligasi mungkin cocok karena kamu tipikal investor yang mau cari aman.

Tapi, bagi kamu yang mau rugi, pasti memilih saham atau valuta asing karena tingkat keuntungannya pun lebih besar. Apapun instrumennya, baiknya lakukan analisis sebelum berinvestasi.

Perhitungkan modal, tingkat keuntungan, dan besarnya risiko yang harus diterima bila investasi mengalami kemunduran. Analisis akan memudahkanmu untuk menghitung berapa banyak modal yang harus dititipkan di instrumen A, B, dan C, sehingga jumlahnya tidak dipukul rata.

Baca Juga: Cara Mudah Memahami Rasio Keuangan Perusahaan Sebelum Beli Saham

7. ‘Menaruh telur di keranjang yang sama’

Pernah mendengar kata-kata bijak ini, kan? Dalam berinvestasi, lebih baik memang kalau kamu melakukan diversifikasi. Bukan hanya diversifikasi instrumen saja, tapi juga perusahaan tempatmu berinvestasi.

Sebagai contoh, saham. Kamu bisa diversifikasi modalmu sebesar 35% ke sektor manufaktur, 25% pertambangan, dan 40% di properti. Ketika salah satu sektor mengalami pelemahan, kamu tidak kehilangan semua modalmu dalam satu waktu.

Investasi Bukan Ajang Ikut-ikutan

Jika ingin hasil investasinya maksimal, hindarilah kesalahan-kesalahan investasi di atas. Selain itu, melihat kebutuhanmu dalam berinvestasi.

Jangan cuma sekedar ikut-ikutan supaya dikatakan kekinian karena tindakanmu ini membahayakan modal investasimu. Bukannya untung, malah buntung.

Baca Juga: Mau Mulai Investasi, Pilih Reksadana, Deposito, atau Sukuk Ritel?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement