REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Kasus kematian mendadak sering ditemui di berbagai tempat. Ada yang meninggal mendadak saat berolahraga, ada yang meninggal saat tidurnya, bahkan ada juga yang meninggal saat beribadah.
Berbagai pendapat muncul terkait kematian jenis ini. Ada yang menyebut ini sebagai tanda kematian yang buruk atau suul khatimah, ada juga yang sebaliknya. Bagaimana pendapat ulama mengenai ini?
Mantan Mufti Agung Mesir, Syekh Ali Jumah, mengatakan, kematian mendadak tidak berarti akhir yang buruk. Ada beberapa kasus orang yang dikenal selalu mengingat Allah SWT, beribadah, berdoa, dan seorang yang taqwa tetapi meninggal dalam keadaan tiba-tiba. Maka, kematian jenis ini bukan akhir yang buruk.
Menurutnya, melalui kematian mendadak, Allah SWT memperingatkan yang hidup untuk selalu mengingat-Nya. Kematian mendadak disebutnya bukan sarana balas dendam Tuhan dan menjadi pertanda suul khatimah.
Dia menyebut, manusia diingatkan melalui kasus kematian mendadak bahwa kematian bisa datang kapan saja. Ajal akan menghampiri siapapun dalam keadaan dan waktu apapun jika Allah SWT sudah memberikan takdir kematian bagi manusia. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلْءَاخِرَةِ نُؤْتِهِۦ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِى ٱلشَّٰكِرِينَ
Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran 145)
Adapun bagi seseorang yang bertakwa dan selalu berdzikir dalam hatinya, lalu meninggal tiba-tiba dan tidak sempat dituntun untuk mengucapkan syahadat, maka itu bukan tanda suul khatimah. Karena bisa jadi orang tersebut telah menyebut nama Allah SWT dalam hatinya dan berzikir dalam hati lebih utama dari dzikir lisan.
Sumber: elbalad