Senin 13 Sep 2021 11:11 WIB

Sinergi Penumpang dan Petugas Demi Nyaman Gunakan KRL

Ketegasan petugas dan penumpang merupakan sinergi agar bisa kembali menggunakan KRL.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Calon penumpang memindai kode batang (QR Code) melalui aplikasi PeduliLindungi sebelum memasuki Stasiun Sudirman, Jakarta, Sabtu (11/9/2021). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mensosialisasikan dan menguji coba penggunaan sertifikat vaksin baik secara fisik (cetak), digital dalam bentuk file foto maupun melalui aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat untuk menggunakan KRL Commuterline.
Foto: Antara/Reno Esnir
Calon penumpang memindai kode batang (QR Code) melalui aplikasi PeduliLindungi sebelum memasuki Stasiun Sudirman, Jakarta, Sabtu (11/9/2021). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mensosialisasikan dan menguji coba penggunaan sertifikat vaksin baik secara fisik (cetak), digital dalam bentuk file foto maupun melalui aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat untuk menggunakan KRL Commuterline.

REPUBLIKA.CO.ID, "Ibu, mohon maaf untuk tidak berbicara di dalam kereta mengingat pencegahan penularan Covid-19 melalui droplet," kata salah satu petugas Commuter Line Bekasi-Jakarta Kota kepada seorang penumpang yang tengah ngobrol seru dengan teman di sampingnya.

Seketika kedua penumpang tersebut menghentikan perbincangannya. Tak hanya mengobrol secara langsung, percakapan melalui sambungan telepon genggam juga tak diperbolehkan di dalam kereta selama pembatasan Covid-19. Tak sedikit penumpang mendapatkan teguran petugas untuk menghentikan perbincangannya di dalam kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek itu.

Baca Juga

Petugas yang tegas, dan penumpang yang taat aturan memang merupakan kunci sinergi masyarakat dapat kembali beraktivitas menggunakan moda transportasi KRL. Protokol kesehatan seperti wajib mengenakan masker, jarak sosial, tak berkerumun, dan tidak mengobrol harus dipatuhi penumpang di transportasi publik sebagai modal untuk perlahan keluar dari kungkungan pandemi ini.

Petugas pengawalan (Walka) Commuter Line lintas Angke, Hoerul Rojikin (23 tahun) mengatakan, sudah jarang menegur penumpang terkait pelanggaran aturan di atas KRL. Menurutnya masyarakat kini sudah memahami dan menjalankan aturan yang diberlakukan oleh pihak KAI.

"Sekarang sudah jarang terjadi, mereka (penumpang) patuh, sehari bisa dihitung 15 penumpang saya tegur karena tidak menaati peraturan, paling sering ditegur yang menelpon atau mengobrol," ujarnya saat diwawancarai Republika.co.id, Sabtu (11/9).

Dia mengatakan, jika teguran tidak menjemukan penumpang untuk melanggar aturan, maka, sanksi selanjutnya adalah penumpang tersebut diturunkan di stasiun pemberhentian berikutnya. Dia mengatakan, ada beberapa penumpang yang mengalami hal itu, meski sangat jarang terjadi.

"Saya termasuk pengguna KRL setiap harinya, kadang saya suka keceplosan mengangkat telepon anak saya, tapi sejauh ini saya mematuhi apa yang menjadi aturan untuk bisa berada di dalam kereta," ujar Seniman Lukis Jakarta, Aang Bachruddin (62 tahun) ketika ditanya Republika.co.id tentang pengalamannya menggunakan KRL selama masa pandemi.

Dia pun mengaku bersyukur karena usianya yang tak lagi muda, para petugas kerap membantunya untuk mendapatkan tempat duduk jika keadaan kereta tengah ramai dan bangku prioritas terisi. Aang juga mengatakan, akan terus mematuhi kebijakan yang diterapkan pihak terkait guna memutus rantai penularan Covid-19.

"Kalau syarat surat perjalanan diganti lagi, ya diikuti saja, sekarang syarat naik kereta adalah vaksin, diikuti juga lah, toh ketika berada di pintu masuk, petugas pasti membantu memudahkan para penumpang masuk nantinya dan kita udah pada vaksin kan," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement