REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah pada Senin (13/9) meminta para anggota parlemen tidak menempatkan nasib negara dan rakyat sebagai pertaruhan politik mereka.
Berbicara pada pembukaan sidang parlemen, Agong mengingatkan bahwa Malaysia telah lama menghadapi pandemi Covid-19 yang telah berdampak pada perekonomian negara.
“Negara dan rakyat telah terlalu lama diganggu oleh masa depan yang suram, berjuang dengan masalah kesehatan dan juga depresi ekonomi".
Agong juga mengatakan telah menerima ratusan surat dari orang-orang saya yang menderita dengan harapan dapat melanjutkan kehidupan seperti biasa.
"Saran saya kepada seluruh anggota yang terhormat, jangan sama sekali mempertaruhkan nasib negara dan rakyat saya dalam permainan untuk mencapai agenda tertentu," kata dia.
Agong juga mengatakan bahwa anggota parlemen dan semua instansi pemerintah yang terlibat harus turun ke lapangan untuk melihat sendiri nasib dan masalah rakyat. Raja Malaysia itu mengaku sangat prihatin dengan nasib masyarakat yang terdampak tindakan karantina pemerintah dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19.
“Oleh karena itu, saya menghimbau kepada para anggota yang terhormat dan seluruh instansi pemerintah terkait untuk bertindak proaktif dengan turun ke lapangan untuk mengkaji dan mendalami persoalan-persoalan rakyat secara dekat dan memantau capaian program-program yang telah dicanangkan,” ujar dia.
Menyusul ancaman wabah Covid-19 dan peningkatan korban jiwa, pemerintah Malaysia melakukan berbagai upaya pencegahan termasuk perintah pengendalian pergerakan atau karantina wilayah sejak 2020.
Hal ini secara tidak langsung berdampak besar pada perekonomian masyarakat karena berbagai sektor dan industri tidak dapat beroperasi secara normal sehingga mempengaruhi penghasilan masyarakat.
Malaysia sejauh ini mencatat 1,9 juta kasus Covid-19 dengan tingkat infeksi harian mencapai 19.000 sampai 21.000 per hari. Total jumlah kematian Covid-19 di Malaysia mencapai 20.000 kasus.