REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Sesuai tujuan restrukturisasi dan transformasi Holding Migas PT Pertamina (Persero), PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas berkomitmen melaksanakan optimalisasi pemanfaatan gas bumi di masa transisi fossil fuel ke arah NRE. Pengelolaan infrastruktur pipa gas terpanjang di Asia Tenggara menjadi modal bisnis untuk mencapai captive market yang semakin luas.
“Posisi Subholding Gas sebagai agregator gas nasional mendorong berbagai inisiatif untuk memitigasi terkait belum ditemukannya giant discovery gas. Untuk itu, Subholding Gas akan meningkatkan pemanfaatan supply gas bukan hanya dari sumur, tetapi dari LNG,” ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Nicke melanjutkan, saat ini midstream telah dimiliki LNG terminal dan LNG regasification dan akan terus mendorong pembangunan infrastruktur LNG lainnya sebagai kunci keberhasilan utilisasi LNG. Subholding Gas juga terus berkomitmen memperluas pembangunan infrastruktur dan kehandalan supply gas bumi di seluruh wilayah Indonesia.
“PGN sebagai Subholding Gas Pertamina terus menggencarkan investasi melalui perluasan infrastruktur gas bumi agar tercipta jaminan akses gas bumi yang semakin efektif dan efisien. Investasi pertama adalah gasifikasi atau konversi minyak ke gas untuk kilang Pertamina dan merupakan program prioritas dari Pertamina yang dijalankan oleh Subholding Gas,” jelas Direktur Utama PGN M Haryo Yunianto.
Gasifikasi tersebut terdiri atas lima kilang, yaitu Cilacap di Jawa Tengah, Balongan di Jawa Barat, Dumai di Riau, Balikpapan di Kalimantan Timur, dan Plaju di Sumatra Selatan. Total potensi volume +/-90 BBTUD atau setara dengan 16.400 BOEPD.
“Kemajuan proyek saat ini, kebutuhan gas Kilang Balongan telah dipasok dari CPNGL yang telah berinovasi sehingga penyalurannya dapat multidestinasi untuk keandalan pasokan ke wilayah Jawa Barat dan RU Balongan. Untuk RU IV Cilacap berada pada tahap front end engineering design dengan opsi di-supply dengan LNG melalui land based regasification terminal,” papar Haryo.
Investasi kedua yaitu terkait dengan Kepmen ESDM 13 Tahun 2020, yaitu Konversi Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Diesel ke Gas Bumi. Pertamina Group akan membangun infrastruktur LNG untuk memasok 56 pembangkit listrik PLN dengan kapasitas terpasang 1,8 GW yang ada di seluruh Indonesia yang dilaksanakan dalam beberapa tahap. Untuk Sorong, telah mulai beroperasi sejak Januari 2021, yang dikerjakan oleh Perta Daya Gas (PDG), JV antara Pertagas dan Indonesia Power untuk membangun pipa gas sepanjang 3,7 km dengan capex USD 2,5 juta.
Haryo melanjutkan, “Investasi ketiga adalah Proyek Jargas untuk Rumah Tangga. Kementerian ESDM telah menugaskan Pertamina dan PGN untuk mengembangkan jargas untuk kebutuhan bagi rumah tangga untuk dapat membantu mengurangi tingginya impor LPG dan memiliki potensi volume sekitar 10 BBTUD.”
Untuk tahun 2021, Proyek Jargas yang dibiayai oleh pemerintah melalui APBN 2021 sebanyak 120,776 SRT, dengan lingkup PGN adalah asistensi dalam pembangunan Jargas tersebut. Selanjutnya, PGN juga akan membangun Jargas dalam program PGN Sayang Ibu di wilayah Jakarta dan Tangerang yang akan dibiayai oleh internal PGN.
Investasi terakhir adalah proyek Pipa Transmisi Minyak Rokan guna menunjang kinerja Holding Migas dalam pengelolaan Blok Rokan. Melalui anak perusahaan, PT Pertamina Gas (Pertagas), dibangun jaringan pipa transmisi minyak sepanjang 367 km dari Minas-Duri-Dumai dan Koridor Balam-Bangko-Dumai (WK Rokan PSC).
Target partial completion adalah pada kuartal 3/2021 dengan capex sebesar 300 juta dolar AS. Nantinya, volume yang bisa diangkut maksimum s/d 204 ribu barel per hari. Progres proyek per Juni 2021 adalah 70 persen.
Di tengah pandemi Covid-19, PGN juga berhasil melakukan beberapa recovery kinerja pada Semester I 2021. Untuk volume niaga gas mencapai 867 BBTUD, volume transmisi 1.232 MMSCFD, volume upstream sebesar 20.500 BOEPD, regasification sebesar 91 BBTUD, LPG processing sebesar 114 TPD, dan oil transport sebesar 9.231 BOEPD.
PGN senantiasa aktif dalam penyaluran gas bumi guna memenuhi kebutuhan gas bumi dalam negeri dan menjalankan proyek-proyek strategis infrastruktur gas bumi. Komitmen ini juga sebagai upaya mewujudkan porsi gas bumi sebesar 22-25 persen dalam bauran energi nasional.