REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir menitipkan empat poin utama dalam holding ultramikro yang terdiri atas PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Pertama, ucap Erick, holding ultramikro harus berkontribusi dan konsisten dalam memberikan pemasukan bagi negara, baik lewat dividen, pajak, maupun PNBP. Erick menyebut, BUMN telah berkontribusi terhadap penerimaan negara hingga Rp 3.295 triliun selama sepuluh tahun terakhir.
"Dengan adanya pandemi, kita enggak boleh turun, kita harus paling tidak sama ataupun meningkat karena negara pemasukannya berkurang, salah satunya dengan memastikan rantai pasok dan ekosistem untuk menjadikan efisiensi sehingga BUMN ini tetap tumbuh dan sehat," ujar Erick saat penandatangan perjanjian pengalihan saham dalam rangka pembentukan holding ultramikro di Jakarta, Senin (13/9).
Poin kedua, Erick meminta holding ultramikro melakukan akselerasi digitalisasi dalam menghadapi perubahan zaman di era saat ini. Erick ingin memastikan memiliki model bisnis yang kuat ditopang dengan digitalisasi agar mampu bersaing di pasar tebruka.
"Karena itu saya sampaikan, misalnya Pelindo kita merger supaya petikemas kita jadi besar nomor delapan terbesar di dunia ataupun yang hari ini, holding ultramikro kita sinergikan supaya kita mempunyai kekuatan dan keseimbangan ekonomi untuk UMKM ini benar-benar terjadi, bukan lip service," ucap Erick.
Poin ketiga, ungkap Erick, holding ultramikro dapat memberikan dampak bagi para pelaku usaha ultra mikro dalam kemudahan akses, keterjangkauan biaya pendanaan, hingga tepat sasaran.
"Jadi bukan berarti kita juga memberikan akses mudah kepada individu yang punya track record yang tidak bagus, tapi yang tepercaya dan kita bisa juga menekan bunganya lebih kompetitif lagi," ungkap Erick.
Poin terakhir, lanjut Erick, ialah transformasi human capital agar keberpihakan terhadap ultramikro bisa berjalan secara berkelanjutan. Erick menilai transformasi bisnis harus sejalan dengan transformasi human capital agar dampak yang dirasakan masyarakat bisa lebih maksimal.
"Problemnya, kadang-kadang tidak ada keberlanjutan. SOP-nya tidak dijalankan, banyak sudah inovasi yang saya lihat bagus-bagus tapi tidak berjalan maksimal," kata Erick menambahkan.