MDMC dan BPPTKG Koordinasi Aktivitas Merapi Terkini
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
MDMC dan BPPTKG Koordinasi Aktivitas Merapi Terkini (ilustrasi). | Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Divisi Tanggap Darurat, Rekonstruksi dan Rehabilitasi (TDRR) MDMC PP Muhammadiyah melaksanakan rapat koordinasi siaga Merapi. Rakor dilakukan bersama Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Koordinator Divisi TDRR MDMC PP Muhammadiyah, Indrayanto mengatakan, rakor untuk memahami karakteristik aktivitas siaga Merapi. Nantinya, informasi ini jadi bahan rujukan dalam menyusun rencana penanganan darurat bencana pada masa pandemi covid.
Yang mana, diperlukan MDMC untuk konsolidasi kesiapsiagaan bersama komponen warga sekitar Merapi. Ketua BPPTKG, Hanik Humaida menerangkan, kenaikan aktivitas sudah cukup lama, jadi rangkaian panjang antisipasi sudah dilakukan sejak 2018.
Hanik menekankan, penetapan status siaga Merapi berdasarkan empat kondisi yang terjadi. Saat itu semua kegempaan meningkat secara signifikan, sering terdengar suara guguran, kegempaan vulkanik sangat kuat dan terjadi peningkatan energi.
Data pemantauan menjelang siaga 2020 juga jauh lebih tinggi dibandingkan 2006, mendekati kondisi pada 2010. Sehingga, waktu itu status siaga ditetapkan untuk antisipasi kalau ada erupsi eksplosif atau ekstrusi magma yang tinggi jumlahnya.
"Merapi kini memiliki dua kubah, kubah tengah dengan volume tiga juta meter kubik dan barat daya dengan volume satu juta meter kubik," kata Hanik, Senin (13/9).
BPPTKG sudah menyusun pemodelan jika terjadi erupsi. Jika kubah barat daya longsor menimbulkan awan panas maksimal lima kilometer mengarah Kali Boyong, Bebeng, Putih dan Krasak. Jika kubah tengah yang longsor, akan menjangkau jarak lima kilometer.
Skenario paling buruk ketika laju ekstruksi sampai 100 meter kubik per hari dan volume kubah tengah 10 juta meter. Jika kubah 50 persen kubah runtuh hasilkan awan panas ke Kali Gendol 9 kilometer, Opak enam kilometer dan Woro enam kilometer.
Untuk desa-desa di Kawasan Rawan Bencana III Merapi akan terdampak dan masuk dalam kawasan bahaya skenario. Ada 10 desa di Magelang, dua desa Boyolali, tiga desa Klaten dan tujuh desa di Sleman. Abu vulkanik jadi muntahan yang juga berbahaya.
"Yang paling utama bahayanya awan panas, tapi bahaya abu harus kita antisipasi walaupun bahayanya tidak secara langsung terhadap kesehatan," ujar Hanik.
Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan menekankan, kita harus mengenal tingkah Merapi. Dengan ilmu pengetahuan sekarang, ada badan yang mengamati Merapi dengan keilmuan, ia berharap ketika Merapi akan bereaksi sudah diketahui arahnya.
"Sehingga, dapat berbuat sebaik-baiknya untuk saudara kita di sekitaran Merapi," kata Budi.