Selasa 14 Sep 2021 11:03 WIB

Menag Sampaikan Prinsip Pendiri Bangsa di Konferensi G20

Prinsip tersebut untuk memperkuat tatanan internasional.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Menag Sampaikan Prinsip Pendiri Bangsa di Konferensi G20. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menag Sampaikan Prinsip Pendiri Bangsa di Konferensi G20. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan pidato secara virtual pada Konferensi Antaragama G20 yang dipusatkan di Italia. Dia menyampaikan komitmen Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia dan mengungkap kembali prinsip yang ditawarkan para pendiri bangsa untuk memperkuat tatanan internasional.

"Sebagai penduduk asli Hindia Belanda dan telah mengalami diskriminasi sistematis, penghinaan, dan ketidakadilan yang dilakukan kolonialisme Belanda, para pendiri kami berusaha membangun sistem pemerintahan yang didasarkan pada prinsip penghormatan terhadap hak dan martabat yang sama untuk setiap manusia," kata Yaqut melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (14/9).

Baca Juga

Dia mengatakan, sejalan dengan itu, pada 1945, para pendiri bangsa Indonesia mengembangkan dan menawarkan kepada dunia, seperangkat prinsip universal yang dapat membantu melestarikan dan memperkuat tatanan internasional. Pertama, memperlakukan orang lain secara adil dan setara tanpa memandang suku atau agama, tanpa permusuhan atau kebencian, dan tanpa berusaha meminggirkan atau menghilangkan orang lain.

Kedua, menerima dan menghormati negara bangsa yang berdaulat sebagai sistem politik yang mengikat rakyat setiap bangsa, tanpa menyebarkan atau mengejar agenda supremasi vis-a-vis bangsa lain. "Ketiga, menerima dan menghormati hukum suatu negara yang mengikat seluruh penduduknya, yang tidak memberikan ruang bagi siapa pun untuk menyebut agama sebagai pembenaran untuk menghasut kekerasan dan ikut serta dalam pemberontakan bersenjata terhadap otoritas negara bangsa yang sah," ujarnya.

Yaqut menambahkan, melestarikan dan memperkuat tatanan internasional berbasis aturan yang didirikan di atas keadilan, kebebasan, dan perdamaian abadi. Dia menjelaskan, dengan prinsip-prinsip ini, para pendiri Indonesia menunjukkan komitmen mereka melestarikan peradaban Islam besar yang didirikan oleh para pendahulu, yang berakar pada prinsip-prinsip rahmah (cinta dan kasih sayang universal), keadilan, dan nilai-nilai luhur agama lainnya.

"Ketika Forum Antaragama G20 diselenggarakan tahun depan di Indonesia, visi dan prinsip-prinsip ini akan menjadi inti dari agendanya dan menjadi kontribusi kita dalam membentuk peradaban global di abad ke-21," katanya.

Yaqut juga mengapresiasi tema Konferensi Antaragama G20 tahun ini, yaitu "Kami tidak akan saling membunuh. Kami tidak akan saling membenci. Kita akan saling memaafkan." Menurutnya, tema ini  relevan dengan visi masyarakat Indonesia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement