Selasa 14 Sep 2021 11:49 WIB

Hizbullah: Bahan Bakar Minyak Iran Segera Tiba di Lebanon

Suriah membantu memfasilitasi pembelian dan penyaluran bahan bakar ke Lebanon.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang demonstran anti-pemerintah memegang bendera Lebanon di depan polisi anti huru hara saat protes terhadap krisis keuangan di Beirut, Lebanon,
Foto: AP/Hussein Malla
Seorang demonstran anti-pemerintah memegang bendera Lebanon di depan polisi anti huru hara saat protes terhadap krisis keuangan di Beirut, Lebanon,

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT  -- Pemimpin Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrallah, mengatakan, kapal tanker pertama Iran yang membawa bahan bakar minyak akan tiba di Lebanon pekan ini. Nasrallah mengatakan, kapal tersebut  telah berlabuh di Suriah pada Ahad (13/9).

Bulan lalu, Nasrallah telah mengatur pembelian bahan bakar dari Iran, untuk membantu mengurangi krisis bahan bakar di Lebanon. Nasrallah berterima kasih kepada Suriah karena membantu memfasilitasi pengiriman bahan bakar tersebut. Nasrallah mengatakan, kapal tanker bahan bakar Iran sampai di Lebanon pada Kamis mendatang.

Baca Juga

"Kami menerima informasi, kedatangan kapal di sini (di Lebanon) akan membahayakan negara dan kami tidak ingin membahayakan negara, jadi kami memilih opsi lain," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.

Nasrallah pada Senin (13/9) mengatakan, kapal tanker kedua Iran yang membawa bahan bakar minyak akan tiba di pelabuhan Suriah Baniyas dalam beberapa hari. Sementara, kapal ketiga dan keempat, yang masing-masing membawa bensin dan bahan bakar minyak juga akan tiba dalam waktu dekat. "Kami bisa mendapatkan seluruh armada kapal, tetapi kami tidak melakukannya karena kami tidak ingin memperburuk siapa pun," kata Nasrallah.

Nasrallah mengatakan, pengiriman bahan bakar minyak Iran pertama dibayar dengan pound Lebanon. Bahan bakar minyak tersebut akan disalurkan ke rumah sakit, panti asuhan, dan panti jompo. "Tujuan kami bukan perdagangan atau keuntungan. Tujuan kami adalah untuk meringankan penderitaan rakyat," kata Nasrallah.

Kehidupan Lebanon hampir lumpuh karena persediaan bahan bakar mulai habis. Lebanon tidak memiliki cadangan dolar untuk membeli bahan bakar minyak. Sementara perusahaan listrik milik negara hanya menghasilkan listrik minimal.

Hal ini membuat hampir seluruh bisnis dan rumah tangga bergantung pada generator kecil swasta yang menggunakan bahan bakar minyak. AS mendukung upaya untuk mengatasi kekurangan listrik di Lebanon dengan membawa gas dari Mesir melalui Yordania dan Suriah.

Krisis keuangan telah menurunkan 90 persen dari nilai pound Lebanon sejak 2019, sehingga mendorong harga pangan naik lebih dari 550 persen, dan mendorong tiga perempat populasi ke dalam kemiskinan.  Bank Dunia menyebut situasi di Lebanon sebagai salah satu depresi terdalam dalam sejarah modern.

Kelompok lawan Hizbullah di Lebanon mengatakan, pembelian bahan bakar minyak itu berisiko menjatuhkan sanksi terhadap Lebanon terutama karena Washington telah menetapkan Hizbullah sebagai kelompok teroris. Pemerintahan Presiden Donald Trump pada 2018 menerapkan sanksi dengan mengurangi penjualan minyak Iran menjadi nol. Keputusan ini diambil setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan enam kekuatan global (JCPOA).

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement