REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pasukan rezim militer Myanmar membakar sebuah desa di Kotapraja Myaung, Sagaing, setelah tiga hari bentrokan yang dipicu oleh penggerebekan terhadap sebuah kantor polisi.
Penduduk Desa Kyauk Yit mengatakan tentara menembak siapa pun yang mencoba untuk memadamkan api di desa berpenduduk sekitar 300 orang tersebut, pada Ahad (12/9). Kebanyakan penduduk Kyauk Yit sudah melarikan diri ketika pasukan rezim bergerak untuk menguasai desa-desa setempat pada akhir pekan.
Menurut seorang warga Kyauk Yit, 10 lansia yang tidak berhasil melarikan diri dilaporkan selamat pada Senin (13/9).
“Karena kami sudah melarikan diri, kami tidak tahu mereka mulai membakar desa sampai kami melihat asapnya. Mereka juga terus melepaskan tembakan,” kata warga seperti diberitakan media lokal Myanmar Now, Senin.
“Tidak ada yang berani kembali untuk mereka yang tertinggal karena kami tahu akan disergap jika kami melakukannya. Mereka keluar dengan merangkak keluar dari rumah mereka sendiri,” tambah dia.
Adapun bentrokan terjadi di wilayah tersebut setelah pemerintah bayangan Myanmar, National Unity Government (NUG), mendeklarasikan perang perlawanan rakyat terhadap junta Myanmar pada 7 September.
Keesokan harinya, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), sayap bersenjata NUG, menggerebek kantor polisi sebagai tanggapan atas deklarasi pemerintah bayangan tersebut. Pertempuran terjadi selama tiga hari di area sekitar Desa Shwe Hlan, Myit Son, dan Kyauk Yit.
Tiga personel polisi, termasuk kepala stasiun, ditangkap selama penggerebekan pada 8 September, sementara lima anggota PDF ditangkap dalam bentrokan selanjutnya. Anggota PDF lokal mengklaim setidaknya 20 tentara junta tewas selama pertempuran tiga hari, tetapi informasi ini belum dikonfirmasi.
Menurut seorang anggota PDF lokal, kebakaran di Kyauk Yit dimulai pada Ahad malam dan berlangsung selama hampir dua jam.
“Kami mendengar mereka mengatakan akan membakar desa, tetapi kami tidak berpikir mereka akan benar-benar melakukannya,” kata anggota PDF tersebut.
Anggota PDF itu menyebut tindakan pembakaran desa sebagai tanda bahwa rezim putus asa untuk membawa negara di bawah kendalinya. Menurut seorang warga sipil, sebagian besar penduduk desa yang terlantar belum kembali ke rumah mereka untuk menilai tingkat kerusakan.
Myanmar diguncang kudeta sejak 1 Februari di mana militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.
Kelompok pemantau sipil melaporkan sebanyak 1.088 orang tewas sejak militer melakukan kudeta dan 6.449 orang masih ditahan hingga 13 September.