Selasa 14 Sep 2021 16:16 WIB

Pejabat: Kemenangan Taliban akan Bentuk Ulang Timur Tengah

Taliban berkuasa dinilai peluang China dan tersisihnya Amerika Serikat

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Bendera ikonik Taliban dilukis di dinding di luar kompleks kedutaan Amerika di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021.
Foto: AP Photo/Bernat Armangue
Bendera ikonik Taliban dilukis di dinding di luar kompleks kedutaan Amerika di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat pemerintah negara Teluk menilai pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban akan menciptakan guncangan yang membentuk tata ulang Timur Tengah.  Pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya tersebut mengatakan cepat dan kacaunya proses penarikan pasukan AS dari Afghanistan menimbulkan keraguan mengenai komitmen AS dalam menjaga kawasan selama 20 tahun ke depan.

"Afghanistan adalah gempa bumi, menghancurkan, gempa bumi yang menghancurkan dan ini akan berlangsung sangat, sangat lama," kata pejabat tersebut pada the Guardian, Selasa (14/9).

Baca Juga

Ia menambahkan episode tersebut menandai berakhirnya doktrin (Jimmy) Carter yakni soal komitmen AS yang tergantung pada minyak dan menggunakan militer untuk mempertahankan kepentingnya di Teluk. "Apakah kami dapat tergantung pada payung keamanan Amerika untuk 20 tahun ke depan? Saya pikir saat ini sangat problematik, benar-benar problematik," tambahnya.

Ia mengatakan perang melawan Taliban selama 20 tahun tidak meninggalkan warisan di Afghanistan. Pejabat itu memprediksi para pemimpin-pemimpin negara-negara Afrika Barat dan Sahel khawatir berhasilnya Taliban merebut kekuasaan mendorong kelompok-kelompok teroris lain semakin percaya diri.

Ia pun berpendapat tidak ada perubahan signifikan pada Taliban, "Mereka (Taliban) pada dasarnya sama, tapi kini lebih paham dunia," katanya.

Pejabat tersebut menambahkan yang paling mengejutkan inkompetensi operasi AS dan pertikaian birokrasi merusak pikiran AS. Ia mengatakan Afghanistan saat ini mungkin dipandang sebagai kemenangan Pakistan dan peluang China, sebaliknya peran AS akan semakin kecil.

"Bila ada perjuangan geopolitik di Afghanistan kami akan melihat Pakistan dan China di satu sisi, India, Iran dan Rusia di sisi yang lain, dan saya pikir Amerika tidak akan ambil bagian dalam perjuang di Afghanistan," katanya.

Pejabat tersebut mengatakan banyak negara-negara Teluk yang menyesuaikan ulang kebijakan luar negeri mereka dengan menurunnya ketergantungan AS pada minyak dan kepentingan AS di Teluk.

Aliansi-aliansi dapat segera dibentuk ulang dan negara-negara yang secara historis bersaing dapat membentuk hubungan pragmatik. Tujuan utamanya menurunkan ketegangan di kawasan. Pejabat itu berharap Arab Saudi dan Iran lebih banyak berdialog di masa depan. Begitu juga Uni Emirat Arab dan Iran.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement