REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Diplomat tingkat tinggi urusan nuklir Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Korea Selatan (Korsel) sepakat untuk melanjutkan interaksi denuklirisasi Korea Utara (Korut). Ketiga negara juga sepakat untuk berdialog dan menekan Korut tentang sanksi jika negara tersebut masih menguji nuklirnya.
Hal tersebut disepakati dalam pertemuan yang dihadiri oleh utusan khusus AS untuk Korut Sung Kim, kepala Biro Urusan Asia dan Oseania Kementerian Luar Negeri Jepang Takehiro Funakoshi, dan utusan khusus Kementerian Luar Negeri Korsel untuk perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea Noh Kyu-duk, pada Senin (13/9) waktu setempat di Tokyo. Pertemuan itu digelar satu hari setelah Pyongyang mengatakan melakukan uji coba rudal jarak jauh.
"Perkembangan terbaru di DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) mengingatkan pentingnya komunikasi dan kerja sama tiga negara," kata perwakilan khusus AS untuk Korut, Sung Kim dalam pidato pembukaannya, Selasa (14/9).
Kim mengatakan, AS tetap terbuka untuk diplomasi untuk menangani masalah Korut. "Ketiganya sepakat dialog dan diplomasi sangat mendesak untuk menyelesaikan denuklirisasi lengkap di semenanjung Korea," kata kementerian luar negeri Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Salah satu topik utama diskusi adalah kemungkinan tanggapan terhadap pernyataan pihak Korut tentang uji coba rudal yang berhasil. Pada Senin, Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada melaporkan uji coba rudal jelajah yang berhasil. Secara khusus, para ahli mengadakan uji daya dorong mesin rudal di darat, uji terbang, uji kendali dan bimbingan, dan sejumlah lainnya. Semuanya dilaporkan berhasil. Rudal jelajah mampu mencapai target pada jarak 1.500 kilometer. Karakteristik senjata baru diakui memenuhi persyaratan desain.