Ikapi mendorong peningkatan literasi lebih intensif di tengah era digital
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman Nugraha, mengungkapkan literasi baca-tulis merupakan hal fundamental yang harus ditanamkan terhadap anak-anak Indonesia. Hal tersebut penting dilakukan untuk mengokohkan pondasi literasi baca-tulis di era digital saat ini.
"Fondasi kita untuk literasi baca tulis itu belum cukup kokoh. Misalnya, sebagian besar waktu kita di dunia internet itu memang dihabiskan bukan untuk buku," ujar Arys dalam Simposium Nasional Gerakan Desa Membaca yang disiarkan secara daring, Selasa (14/9).
Berdasarkan data yang dia peroleh, pada Januari 2021 ketersambungan 274 juta masyarakat terhadap internet sudah berada di angka 73,7 persen.
Tapi, aktivitas daring masyarakat yang terkait dengan buku hampir tidak ada. Sebagian besar masyarakat menggunakan internet untuk bersosial media, menonton video, dan mendengarkan musik.
"Sama sekali tidak masuk buku di sini. Yang paling banyak adalah untuk chatting menggunakan messenger atau untuk sosial media. Itu di atas 90 persen masyarakat kita. Aplikasi yang diunduh pun tidak ada satupun di sini, pada 10 besar itu, adalah aplikasi buku," jelas dia.
Untuk itu, dia menyatakan, penguatan fondasi literasi baca-tulis menjadi hal yang penting untuk dilakukan ke depan. Dia mengungkapkan, kegiatan membaca memiliki dampak positif bagi masyarakat, di antaranya dapat membangun ikatan dalam keluarga, meningkatkan empati, mendorong pertumbuhan otak, dan memperbanyak kosa kata.
"Yang semua itu bermuara pada keberhasilan akan si anak nanti ini di masa depan. Yang penting juga adalah, orang yang gemar membaca memiliki keungulan secara personal, profisional, maupun sosial," kata dia.
Apabila literasi baca-tulis ditanamkan kepada anak-anak sejak awal, maka mereka akan menjadi tumbuh dengan keunggulan personal, profisional, maupun sosial.
Maka dari itu pula, jika anak-anak di seluruh desa di Indonesia dibiasakan membaca, mereka akanakan menjadi orang yang memiliki keunggulan di tiga aspek itu.
"Jadi membaca tidak hanya berkaitan dengan keberhasilan akademik, namun juga berkorelasi juga dengan perilaku positif dalam lingkup personal dan profisional," terang dia.
Terlebih lagi, Arys mengatakan, buku cetak memang belum dapat tergantikan oleh buku-buku digital. Menurut Arys, pangsa pasar buku digital di seluruh dunia tidak menyentuh angka 20 persen.
Di Indonesia sendiri, kata dia, pangsa pasar buku digital masih berada di angka 18 persen meskipun telah terjadi peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
"Anggota IKAPI jgua sudah bergeser, sudah beradaptasi, apalagi pada saat pandemi dengan menerbitkan buku-buku digital. Tetapi di seluruh dunia pun pangsa buku digital itu tidak sampai 20 persen, termasuk di Indonesia tadi baru di 18 persen," kata dia.