Rabu 15 Sep 2021 05:29 WIB

Program Pinky Movement Pertamina Sasar 162 Outlet LPG

Pertamina telah menyalurkan program pembiayaan ke 162 outlet dan 116 UMKM

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Program Pinky Movement memberikan nilai tambah pada perusahaan dengan melibatkan usaha kecil berupa pangkalan LPG dan juga usaha kecil pengguna LPG bersubsidi untuk beralih ke LPG non subsidi.
Foto: Pertamina
Program Pinky Movement memberikan nilai tambah pada perusahaan dengan melibatkan usaha kecil berupa pangkalan LPG dan juga usaha kecil pengguna LPG bersubsidi untuk beralih ke LPG non subsidi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memiliki segudang cara untuk dapat membantu pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) binaannya agar bangkit dan adaptif Covid-19. Salah satunya melalui program peningkatan kewirausahaan Pinky Movement. Tidak hanya pendanaan usaha, Pertamina juga mengajak para mitra binaan untuk masuk ke dalam rantai bisnis melalui jenis usaha yang dijalankan atau dikenal dengan istilah Creating Shared Value (CSV).

Dengan cara ini Pertamina secara langsung telah mendukung penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu bentuk implementasi Goal 8 Sustainable Development Goals (SDGs)

Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman menjabarkan, sejak Januari hingga awal September 2021 ini Pertamina telah menyalurkan pembiayaan dan modal usaha lewat program Pinky Movement kepada 162 outlet dan 116 usaha kecil di wilayah Indonesia. Selain pendanaan, Pertamina juga melakukan sejumlah program pembinaan kepada para mitra binaan hingga mampu menjadi UMK naik kelas.

“Program Pinky Movement juga memberikan nilai tambah pada perusahaan dengan melibatkan usaha kecil berupa pangkalan LPG dan juga usaha kecil pengguna LPG bersubsidi untuk beralih ke LPG non subsidi.  Para pengusaha toko ritel skala kecil, pengusaha makanan, hingga peternakan dan sebagainya ikut berperan dalam penggunaan produk Bright Gas. Sehingga, program ini mampu menekan penggunaan produk gas subsidi yang tidak tepat sasaran,” jelas Fajriyah