Rabu 15 Sep 2021 09:10 WIB

Penyedia Sertfikat Vaksin Berkomplot dengan Eks Relawan

Penyedia sertifikat vaksin ilegal di Jabar berkomplot dengan bekas relawan vaksinasi.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Maruf.
Foto: Dok Kemenkes
Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Maruf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyedia sertifikat vaksinasi Covid-19 ilegal di Jawa Barat (Jabar) berkomplot dengan bekas relawan vaksinasi untuk memasukkan data pemesan melalui sistem P-Care Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Informasi tersebut dibongkar Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Maruf.

"Hal ini tentunya akan membahayakan diri sendiri dan masyarakat. Kita ketahui bahwa jika tidak divaksin akan memiliki risiko yang besar terpapar Covid-19, dan jika terpapar akan memiliki risiko dengan gejala berat," kata Anas di Jakarta, Rabu (15/9) pagi WIB.

P-Care merupakan bagian dari sistem informasi berbasis laman atau situs yang sudah disediakan BPJS Kesehatan untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti puskesmas, klinik pratama, dan dokter praktik mandiri dalam melayani peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Data yang sudah di-input pada aplikasi P-Care Vaksinasi tersebut kemudian dikirim ke aplikasi PeduliLindungi sebagai platform tunggal informasi data peserta vaksin. Menurut Anas, modus kejahatan seperti itu disampaikan jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Jabar kepadanya, berdasarkan laporan kejadian yang masuk di kepolisian pada Senin (6/9).

Insiden itu melibatkan dua orang tersangka masing-masing berinisial MY dan HH yang, berperan sebagai agen pemasaran yang menawarkan jasa pembuatan sertifikat vaksin melalui media sosial. Tersangka menawarkan jasa pembuatan sekaligus menerbitkan sertifikat vaksin yang melibatkan oleh seorang bekas relawan vaksinasi berinisial IF.

Adapun IF masih memiliki pasword untuk mengakses laman https://pcare.bpjs-kesehatan.go.id/vaksin/login. Berdasarkan laporan polisi, kata Anas, para tersangka telah menerbitkan 26 sertifikat vaksinasi ilegal dengan harga Rp 300 ribu per sertifikat.

Polda Jabar mengungkap komplotan kasus serupa lainnya berdasarkan laporan kejadian yang diterima pada Jumat (27/9), dengan tersangka berinisial JR. Dalam aksinya, JR  menawarkan jasa pembuatan sertifikat vaksinasi serta mendagangkan vaksin Covid-19 melalui akun media sosial Facebook bernama "Jojo".

"Pemesan mengirimkan identitas Nomor Induk Kependudukan yang tercantum di KTP pemesan dan mengakses dari website P-care, kemudian pemesan akan mendapatkan sertifikat vaksin Covid-19," ucap Anas.

Pengakuan tersangka kepada polisi, kata Anas, JR sudah menerbitkan sembilan sertifikat vaksinasi dengan tarif sekitar Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per pemesan.

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar, Kombes Arif Rahman, mengemukakan para tersangka dijerat dengan pasal berlapis KUHP dengan ancaman minimal empat hingga 12 tahun penjara.

"Tersangka telah dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengerusakan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik," ujarnya dalam gelar kasus di Aula Gedung Satlantas Jawa Barat, Kota Bandung, Selasa (14/9) malam WIB.

Pengungkapan kasus tersebut, merupakan hasil kerja Tim Cyber Patrol pihak kepolisian di media sosial, ucap Arif menambahkan. Arif menegaskan, kasus itu merupakan bagian dari ilegal authorization, yaitu terjadi penyalahgunaan akses menuju data di pemerintahan.

"Kami juga mengimbau agar semua data pribadi yang sudah dimiliki melalui PeduliLindungi untuk dijaga dan tidak disebarluaskan sehingga tidak digunakan orang lain untuk disalah gunakan," ucap Arif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement