REPUBLIKA.CO.ID, STRASBOURG -- Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan program vaksinasi Covid-19 harus dipercepat demi mencegah 'pandemi pada orang-orang yang belum divaksin'. Ia juga meminta negara-negara di seluruh dunia mengambil langkah untuk mengatasi perubahan iklim dalam pidato resmi keduanya sejak menjabat sebagai kepala Uni Eropa dua tahun yang lalu.
Tepat ketika pandemi Covid-19 yang mengguncang perekonomian terdeteksi di Wuhan, China, Inggris keluar dari Uni Eropa dan supremasi hukum di negara-negara Eropa timur rusak. Dalam pidato singkatnya, Von der Leyen menjabarkan prioritas Uni Eropa tahun depan. Von der Leyen juga mengungkapkan serangkaian target-target ambisius seperti kemerdekaan teknologi tapi juga memperingatkan 'tahun depan akan menjadi ujian bagi karakter.'
Pada akhir bulan Agustus, sekitar 70 persen orang dewasa di 27 negara anggota Uni Eropa sudah menerima dua dosis vaksin virus corona. Hal itu menjadi tonggak bagi program vaksinasi yang berjalan lambat tapi juga memperlihatkan kesenjangan di antara negara-negara Eropa.
Von der Leyen mengumumkan akan menyumbangkan 200 juta dosis vaksin bagi negara-negara dunia ketiga pada pertengahan tahun depan. Dalam kesempatan itu, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai angka vaksinasi di antara negara anggota Uni Eropa.
"Mari melakukan segala yang mungkin dilakukan, (sehingga) hal ini tidak menjadi pandemi bagi orang-orang yang belum divaksin," kata von der Leyen di hadapan para anggota parlemen Uni Eropa di Strasbourg, Prancis, Rabu (15/9).
Mantan menteri pertahanan Jerman itu juga mengatakan perubahan iklim masuk ke dalam agenda utamanya. Ia menekankan langkah berani untuk menetapkan Uni Eropa bebas karbon pada 2050. Ia juga memprioritaskan transisi ekonomi ke digital.
Von der Leyen mengatakan Uni Eropa akan melipat gandakan anggaran untuk melindungi alam dan menahan penurunan keanekaragaman hayati. "Pesan saya hari ini Eropa siap melakukan lebih," katanya.
"Ini generasi dengan hati nurani, mereka mendorong kita untuk bertindak lebih dan lebih cepat dalam mengatasi krisis perubahan iklim," ujarnya.
Ia mengatakan Uni Eropa akan meningkatkan bantuan keuangan untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim dan beradaptasi atas dampaknya. Ia mengumumkan akan menggelontorkan dana tambahan sebesar 4 miliar euro hingga 2027.
Dengan kelangkaan chip di seluruh dunia yang disebabkan terhentinya aktivitas pabrik dan memaksa sejumlah perusahaan otomotif memangkas produksinya. Von der Leyen mengatakan Uni Eropa harus menciptakan ekosistem chip Eropa yang canggih termasuk produksi.
"Digital adalah isu berhasil atau gagal," katanya.
Von der Leyen mengatakan tahun ini perekonomian sembilan belas anggota negara Uni Eropa akan kembali seperti sebelum pandemi. Sementara, sisanya akan menyusul tahun depan.