REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan moto kelompok Hamas adalah memerangi negaranya sampai akhir. Dia berkomitmen untuk menghadapi ancaman dari kelompok yang mengontrol Jalur Gaza tersebut.
Bennett mengungkapkan, dia memiliki tiga misi di Gaza, yakni mencegat serangan roket, menghentikan Hamas membangun kekuatan, dan mengembalikan tawanan Israel yang ditahan di daerah tersebut. “Kami berada di babak (pertempuran) empat bulan lalu, sebelum masa (pemerintahan) saya. Hamas menembakkan roket ke Yerusalem dan Tel Aviv, dan di sini kami berada di titik yang sama persis,” katanya kepada Ynet News Israel pada Selasa (14/9).
Bennett yakin, Hamas tak akan berhenti mengancam atau menyerang Israel. “Hamas adalah organisasi jihad yang menjadikannya moto untuk memerangi kami sampai akhir,” ujarnya.
Dia menekankan, sudah menjadi tugas dan kewajibannya melindungi atau bertanggung jawab atas keamanan warga Israel, khususnya penduduk di daerah selatan. “Saya tidak bisa mengabaikan pembangunan militer (Hamas) demi perdamaian,” kata Bennett.
Bennett mengatakan, dia akan menyetujui pertukaran tahanan dengan Hamas, tapi dengan persyaratan yang dibuatnya. Hal itu termasuk penolakannya membebaskan warga Palestina yang dihukum karena membunuh warga Israel. Terdapat empat warga Israel yang ditahan di Jalur Gaza. Dua di antaranya ditangkap saat Israel melancarkan agresi ke Gaza pada 2014. Sebanyak 2.260 warga Palestina tewas selama serangan tersebut.
Menurut kelompok-kelompok hak asasi, Israel menahan lebih dari 4.650 warga Palestina, termasuk 40 wanita, 200 anak-anak, dan 520 lainnya di bawah penahanan administratif. Mereka ditahan tanpa tuduhan atau pengadilan.