Rabu 15 Sep 2021 21:21 WIB

Kampus Australia Cabut Riset yang Rugikan Etnis Uighur

Riset membantu perangkat lunak pengenalan wajah dari China mengidentifikasi Uighur

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Warga dan pengunjung di International Grand Bazaar, Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, China, Kamis (22/4/2021), menyaksikan tari-tarian tradisional masyarakat etnis minoritas Muslim Uighur. Grand Bazaar merupakan pusat keramaian terbesar di Urumqi dan menjadi salah satu tujuan wisata utama Xinjiang.
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Warga dan pengunjung di International Grand Bazaar, Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, China, Kamis (22/4/2021), menyaksikan tari-tarian tradisional masyarakat etnis minoritas Muslim Uighur. Grand Bazaar merupakan pusat keramaian terbesar di Urumqi dan menjadi salah satu tujuan wisata utama Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sebuah universitas Australia mengatakan pada Rabu (15/9) bahwa telah meminta penerbit jurnal Wiley Online Library untuk mencabut studi penelitian yang dilakukan oleh mantan anggota fakultasnya. Permintaan itu muncul karena akademisi tersebut telah membantu perangkat lunak pengenalan wajah dari China mengidentifikasi etnis Uighur dengan lebih baik.

Curtin University mengatakan bahwa penelitian yang diterbitkan oleh akademisi Wanquan Liu dan rekan penulis di universitas China pada 2018 dilakukan tanpa sepengetahuannya dan telah melanggar kode etik. "Persetujuan etik seharusnya diminta oleh akademisi," kata universitas itu dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Seorang juru bicara Curtin University mengatakan penelitian telah dilakukan oleh Liu secara informal, tanpa dukungan kontrak atau dokumentasi formal. Meskipun penelitian yang diterbitkan mengakui dia bekerja di departemen studi komputer Curtin University.

Wiley menyatakan keprihatinan kepada pembaca pada September 2020 tentang data yang terkandung dalam penelitian tersebut. Pihaknya pun menyatakan pada Rabu, sedang meninjau permintaan Curtin University untuk pencabutan.

Liu dan rekan penulisnya mengatakan bahwa mereka telah mengumpulkan kumpulan data gambar wajah dengan merekrut ratusan mahasiswa etnis Uighur, Tibet, dan Korea dari Dalian Minzu University di China. Studi yang didanai oleh pemerintah Cina mengatakan pengenalan wajah memiliki potensi aplikasi yang besar dalam pengawasan perbatasan, pemeriksaan bea cukai, dan keamanan publik.

Program Four Corners Australian Broadcasting Corporation pertama kali melaporkan pada 2019 tentang kekhawatiran bahwa warga Uighur tidak memberikan persetujuan pada penelitian itu. Liu bekerja di kapus yang berada di Australia Barat selama dua dekade dengan didanai oleh hibah Dewan Riset Australia. Namun, dia mengambil posisi baru di Sun Yat-sen University di Shenzhen pada Mei.

Insiden itu adalah yang terbaru dalam serentetan kontroversi yang melibatkan penelitian profil etnis China tentang Uighur. Uighur merupakan kelompok minoritas Muslim yang sebagian besar berada di bawah pengawasan ketat oleh pihak berwenang di wilayah Xinjiang, China barat. China membantah semua tuduhan penganiayaan atau diskriminasi di Xinjiang.

Selain kasus penerbitan di Wiley Online Library, penerbit lain, Springer Nature, telah mencabut dua artikel dalam dua minggu terakhir. Artikel tersebut melibatkan Uighur dan dinilai bermasalah dengan etika juga.

Universitas-universitas Australia telah berada di bawah pengawasan pemerintah atas campur tangan asing melalui kerjasama penelitian internasional. Dewan Riset Australia mengatakan pada Maret, bahwa badan-badan keamanan telah meningkatkan pemeriksaan proyek-proyek yang didanai oleh hibah di universitas-universitas negara itu. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement