Kamis 16 Sep 2021 04:40 WIB

Wanita Afghanistan Lawan Aturan Berpakaian Taliban

Mereka mengunggah foto diri yang mengenakan pakaian tradisional berwarna-warni.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Wanita Afghanistan Lawan Aturan Berpakaian Taliban. Pengungsi wanita di Kamp Shamshatoo, propinsi terdepan Pakistan Baratlaut Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Kamp itu menjadi rumah sementara bagi 70 ribu pengungsi Afghan.
Foto: UN Photo/Eskinder Debebe. www.un.org/av/photo
Wanita Afghanistan Lawan Aturan Berpakaian Taliban. Pengungsi wanita di Kamp Shamshatoo, propinsi terdepan Pakistan Baratlaut Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Kamp itu menjadi rumah sementara bagi 70 ribu pengungsi Afghan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Wanita Afghanistan berbagi gambar diri mereka mengenakan pakaian tradisional Afghanistan yang cerah dan berwarna-warni. Mereka berkampanye di media sosial untuk melawan aturan berpakaian yang diberlakukan Taliban.

Puluhan gambar yang dibagikan dilengkapi dengan tagar “Jangan sentuh pakaian saya” dan “Budaya Afghanistan.” “Dalam protes aturan pakaian yang diberlakukan Taliban, saya dengan bangga membagikan beberapa foto pakaian tradisional Afghanistan. Dengan warna-warna yang cerah dan dilengkapi perhiasan,” tulis akun @Wida_Karim.

Baca Juga

“Pada akhirnya, ini tergantung pada kemampuan untuk memilih sendiri apa yang dikenakan oleh wanita Afghanistan dengan dipaksa untuk memakai niqab sebagai pakaian wanita. Ini adalah pakaian tradisional Afghanistan, bukan niqab,” ujar @deeebsters.

Taliban memberlakukan wanita mengenakan burqa, gaun hitam panjang penuh yang menutupi tubuh dari kepala sampai kaki dan niqab. Para perempuan juga harus mengenakan cadar yang menutupi seluruh wajah kecuali mata. Sejak Taliban menguasai Afghanistan, masyarakat internasional memiliki kekhawatiran tentang nasib perempuan di sana.

Taliban menerapkan aturan keras pada 1996 hingga 2001, ketika perempuan tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka tanpa pendamping laki-laki, harus bercadar, dan tidak diizinkan bekerja di sebagian besar pekerjaan kecuali dalam perawatan kesehatan.

Namun, aktivis perempuan dan mantan pemimpin politik perempuan mengatakan mereka diperlakukan sebagai warga negara kelas dua. Kabinet Taliban yang baru diumumkan juga tidak terdapat wanita dan Kementerian Urusan Wanita tampaknya dibubarkan.

Baca juga : BBC Laporkan Perselisihan di Tubuh Taliban

Taliban juga memisahkan antara siswa laki-laki dan perempuan di lembaga pendidikan, memisahkan mereka dengan tirai di beberapa kelas, dan menetapkan ruang kelas terpisah untuk setiap jenis kelamin dalam kasus lain. Tokoh senior Taliban Waheedullah Hashimi mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa perempuan tidak boleh diizinkan bekerja bersama laki-laki.

https://english.alarabiya.net/News/world/2021/09/14/Afghan-women-rebel-against-Taliban-strict-dress-code-Do-not-touch-my-clothes-

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement