Kamis 16 Sep 2021 07:26 WIB

Arab Saudi Pertimbangkan Beli Sistem Pertahanan Rudal Israel

Saudi mempertimbangkan dua opsi sistem pertahanan rudal Iron Dome buatan Israel

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Sistem pertahanan Israel, Iron Dome, sedang bekerja melawan rudal yang ditembakkan dari Jalur Gaza, di Kota Ashkelon, Israel, 11 Mei 2021.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Sistem pertahanan Israel, Iron Dome, sedang bekerja melawan rudal yang ditembakkan dari Jalur Gaza, di Kota Ashkelon, Israel, 11 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi mempertimbangkan untuk membeli sistem pertahanan rudal Israel. Menurut majalah Breaking Defence, Saudi mempertimbangkan dua opsi sistem pertahanan rudal Iron Dome yang diproduksi oleh perusahaan teknologi pertahanan Israel, Rafael dan Barak ER yang diproduksi oleh Israel Aerospace Industries (IAI).

Sumber pertahanan Israel mengatakan kepada majalah itu kesepakatan tersebut bisa saja terwujud asalkan kedua negara mendapat persetujuan dari Washington. Satu sumber menambahkan ketertarikan Arab Saudi pada sistem Israel telah mencapai fase yang sangat praktis.

Baca Juga

Dilansir Middle East Monitor pada Kamis (16/9), sumber yang sama menyebut Riyadh telah mengadakan pembicaraan selama beberapa tahun tentang sistem tersebut. Pembicaraan mulai semakin intensif setelah Amerika Serikat (AS) menarik aset pertahanan udaranya dari Saudi.

Sebelumnya AS telah menarik sistem pertahanan rudal dan baterai Patriot yang dikenal canggih dari Saudi dalam beberapa pekan terakhir. Penarikan dilakukan ketika Saudi menghadapi serangan udara lanjutan dari pemberontak Houthi di Yaman.

Sejumlah negara Teluk Arab khawatir tentang rencana masa depan AS. Sistem pertahanan rudal itu masih dibutuhkan menyusul ancaman yang berkembang di Asia. Penarikan sistem rudal dari Prince Sultan Air Base terjadi ketika negara-negara Teluk Arab menyaksikan penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Namun puluhan ribu pasukan Amerika tetap ditempatkan di Semenanjung Arab sebagai penyeimbang Iran.

Prince Sultan Air Base terletak sekitar 115 kilometer di tenggara Riyadh. Pangkalan udara tersebut menampung ribuan tentara AS sejak terjadi serangan rudal dan drone ke jantung produksi minyak kerajaan Saudi pada 2019. Kelompok Houthi mengklaim serangan tersebut. Akan tetapi berdasarkan bukti fisik di lapangan, serangan dilakukan oleh Iran.

Washington tidak mungkin menghalangi kesepakatan antara Israel dan Arab Saudi karena pembelian senjata buatan Israel oleh Riyadh diharapkan dapat mempercepat penjualan senjata dengan negara-negara Arab lainnya. Penjualan senjata terutama ke negara Arab yang telah menormalkan hubungan dengan Israel sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham yang dibentuk di bawah pemerintahan mantan presiden Donald Trump.

Mantan direktur Dewan Keamanan Nasional Israel dan mantan kepala Departemen Perencanaan Pasukan Pertahanan Israel, Giora Elland, mengatakan dia mengharapkan Washington tidak ada keberatan dengan penjualan sistem pertahanan Israel ke negara-negara Teluk. Selain itu, Riyadh juga mempertimbangkan opsi lain untuk membeli sistem pertahanan rudal dari China dan Rusia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement