REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Majalah Time memasukkan pendiri Taliban yang saat ini menjabat deputi perdana menteri Afghanistan, Abdul Ghani Baradar, dalam 100 orang paling berpengaruh pada tahun 2021. Ia masuk dalam kategori 'pemimpin'.
Dikutip dari Al Arabiya pada Kamis (16/9), majalah itu menggambarkan Baradar sebagai 'pemimpin militer karismatik dan sosok yang sangat saleh'. Time menyebutnya sebagai 'tumpuan masa depan Afghanistan'.
Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus lalu dan kemudian mengumumkan pemerintahan sementara yang terdiri dari petinggi kelompok milisi bersenjata itu. Baradar ditunjuk sebagai deputi perdana menteri dan di saat bersamaan muncul laporan terjadi konflik di dalam Taliban mengenai struktur pemerintahan.
Pada Selasa (14/9) lalu BBC melaporkan seorang sumber Taliban mengatakan konflik dipicu mengenai siapa yang seharusnya mendapat penghargaan atas keberhasilan Taliban merebut Afghanistan. Baradar percaya diplomat seperti dirinya yang harus mendapat penghargaan lebih besar.
Sementara kelompok paramiliter Haqqani yang dipimpin salah satu petinggi Taliban bersikeras para pejuang di lapangan yang harusnya mendapat penghargaan tertinggi. Namun dalam wawancaranya dengan stasiun televisi pemerintah, Baradar membantah laporan perpecahan tersebut.
"Media mengatakan ada perpecahan internal, tidak ada hal itu di antara kami, itu tidak benar," katanya.
Baca juga : Wanita Afghanistan Lawan Aturan Berpakaian Taliban
Baradar yang menjabat sebagai komandan militer Taliban masuk dalam daftar sanksi PBB. Ia bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan koalisi.
Pada 2010 lalu ia ditangkap dan dipenjara di Pakistan. Setelah bebas pada 2018, Baradar memimpin kantor politik Taliban di Doha. Dia menjadi salah satu tokoh dalam perundingan damai dengan Amerika Serikat.
"Baradar mewakili arus yang lebih moderat di Taliban saat ini, salah satu yang akan menjadi pusat perhatian dalam memenangkan dukungan Barat dan bantuan finansial yang sangat dibutuhkan. Pertanyaannya apakah laki-laki yang dapat membujuk Amerika keluar dapat memengaruhi gerakannya sendiri," tulis Time.
Pasukan AS resmi mundur dari Afghanistan pada 31 Agustus lalu. AS mengakhiri operasi militer selama 20 tahun di negara itu.