REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namun, Asiah terus memohon perlindungan kepadanya agar sang suami tak membunuh bayi itu. Fir'aun menjawab, "Tidak, anak itu tetap harus disembelih. Aku takut jika ia berasal dari kalangan Bani Israil, kemudian dia menjadi penghancur kita dan kerajaan kita hancur di tangannya."
Asiah tak putus asa meminta belas kasihan suaminya supaya mengurungkan niat untuk membunuh sang bayi dan merelakan bayi itu diberikan kepada dirinya. Dalam kaitan ini, Abdullah ibn 'Abbas menyatakan, "Seandainya Fir'aun juga mengatakan, 'Bagiku juga bayi itu menjadi hiasan mata, niscaya sang bayi akan selamat. Namun, ia menolak mengatakan itu. Hingga akhirnya, saat Fir'aun mengambil sang bayi, bayi tersebut meraih janggutnya dan menariknya. Fir'aun naik pitam dan berkata, "Datangkanlah kemari para algojo untuk bayi ini."
Tetapi, Asiah kembali merajuk, "Janganlah kau membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita angkat ia sebagai anak. Ia hanya seorang anak yang belum bisa berpikir. Ia menarik janggutmu karena belum mengerti apa-apa. Dan aku tahu di tengah penduduk Mesir tidak ada perempuan yang lebih manis dariku. Sebagai buktinya, sekarang aku akan meletakkan perhiasan dari yaqut dan bara api. Jika mengambil yaqut, berarti ia sudah mengerti sehingga engkau boleh menyembelihnya. Namun, jika mengambil bara api, berarti ia masih anak-anak yang belum mengerti."
Kemudian, Asiah mengeluarkan perhiasan yaqutnya di hadapan sang bayi. Selain itu, ia juga meletakkan satu wadah berisi bara api.
Kala itu, malaikat Jibril datang dan melemparkan bara api ke tangan sang bayi. Tak disangka, Musa memasukkan bara tersebut ke mulutnya sehingga lidahnya terbakar.
Itu pula yang dimaksud Allah dalam firman-Nya, Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku (Thaha [20]: 27-28). Rupanya Allah melimpahkan rasa sayang kepada Musa dalam hati orang yang melihatnya, termasuk Fir'aun, sebagaimana terekam dalam Alquran, Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku (Thaha [20]: 39).
Baca Juga:
Pengasuh Nabi Musa: Asiah binti Muzahim (4)
Pengasuh Nabi Musa: Asiah binti Muzahim (5-Habis)