REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in meminta China terus mendukung upaya perdamaian di Semenanjung Korea. Presiden juga meminta China berperan lebih aktif dalam membujuk Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) ke meja perundingan sesegera mungkin untuk denuklirisasi lengkapnya.
Hal itu ia sampaikan ketika menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Pembicaraan keduanya berlangsung selama 40 menit di Seoul, Korsel, Rabu (15/9) waktu setempat.
"Presiden meminta China terus memainkan peran konstruktif dalam memimpin Korea Utara untuk melanjutkan dialog," kata pernyataan kepresidenan Korsel dikutip laman Sputnik, Kamis (16/9).
Presiden Moon juga mencatat peran dan kontribusi Beijing terhadap proses perdamaian di Semenanjung Korea.
Sementara, Wang Yi menegaskan kembali dukungan tak tergoyahkan China untuk denuklirisasi Semenanjung Korea dan kemajuan dalam hubungan antar-Korea. Dia juga berjanji bahwa Beijing akan terus memainkan peran konstruktif.
China merupakan sekutu besar Pyongyang ini hingga menjadi acuan pandangan politik. Negara Tiongkok tersebut menjadi pemberi bantuan utama bagi negara miskin di Semenanjung Korea.
Lebih dari 90 persen perdagangan Korut melewati China. Namun, volume perdagangan bilateral China-Korut telah menurun tajam sejak Korut menutup perbatasan internasionalnya awal tahun lalu akibat pandemi Covid-19.
Pertemuan keduanya terjadi sebelum diketahui DPRK (nama resmi Korut) meluncurkan dua rudal balistik ke arah Laut Jepang. Rudal itu terbang sekitar 800 kilometer pada ketinggian 60 kilometer atau lebih. Akhir pekan lalu, rudal jelajah jarak jauh terbaru diuji coba yang menurut para ahli, memiliki kemampuan nuklir.