Kamis 16 Sep 2021 13:12 WIB

Dampak Akibat Seorang Hamba Melupakan Allah SWT

Allah SWT akan melupakan hamba jika dia melupakan-Nya

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Allah SWT akan melupakan hamba jika dia melupakan-Nya. Ilustrasi Lafadz Allah
Foto: Foto : MgRol112
Allah SWT akan melupakan hamba jika dia melupakan-Nya. Ilustrasi Lafadz Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di antara dampak maksiat adalah menyebabkan seorang hamba melupakan, melalaikan, merusak, dan mencelakakan diri sendiri. 

Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Jika ada yang bertanya, "Bagaimana mungkin seorang hamba dapat melupakan dirinya sendiri? Jika dia melupakan dirinya, maka apa yang diingatnya? Apakah yang dimaksud dengan seorang hamba yang melupakan dirinya?" 

Baca Juga

Jawabnya, "Benar. Dia telah melupakan dirinya dengan lupa yang sebenar-benarnya. Allah Yang Mahaagung berfirman: 

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik." (QS Al Hasyr ayat 19).  

Tatkala orang-orang itu melupakan Rabb mereka, maka Dia pun melupakan mereka dan menjadikan mereka lupa terhadap diri sendiri,  sebagaimana firman-Nya: 

 ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ  "Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula) ...." (QS At Taubah ayat 67).

Allah SWT menghukum orang yang melupakan-Nya dengan dua hukuman. Pertama, Allah melupakannya. Kedua, Allah menjadikannya lupa terhadap diri sendiri.  

Lupa Allah SWT terhadap mereka adalah dengan mengabaikan, meninggalkan, membiarkan, serta menyia-nyiakannya. Akibatnya, kebinasaan pun lebih dekat dengannya dibandingkan kedekatan tangan dengan mulut. 

Yang dimaksud Allah membuatnya lupa terhadap dirinya adalah Allah membuatnya lupa terhadap kedudukan tingginya, lupa dengan sebab-sebab kebahagiaannya, keberuntungannya, kebaikannya, serta perkara-perkara yang menyempurnakan pribadinya. 

Rabb membuatnya lupa terhadap semua itu dan tidak dihadirkan pula dalam benaknya. Allah tidak mengingatkannya tentang perkara-perkara tersebut. 

Hasrat dan keinginannya juga tidak dipalingkan untuk itu. Hal ini tidak terlintas dalam pikirannya sehingga tidak didahulukan dan dijadikan sebagai tujuan. 

Dia pun dibuat lupa terhadap aib, kekurangan, dan kejelekan dirinya, hingga tidak terlintas dalam benaknya untuk menghilangkan dan memperbaiki keburukannya tadi.  

Dia juga dibuat lupa dengan penyakit-penyakit hati dan jiwanya, sehingga tidak berobat dan berusaha untuk menghilangkan penyakit yang menyebabkan kebinasaan tersebut. Dia sakit kronis.  

Penyakitnya bertumpuk-tumpuk yang menggiringnya kepada kehancuran, sementara dia tidak menyadarinya, serta tidak terlintas dalam benaknya untuk melakukan pengobatan. Ini termasuk hukuman yang paling besar, baik secara umum maupun khusus.  

Hukuman mana yang lebih besar daripada hukuman orang yang mengabaikan dan menyia-nyiakan diri sendiri? Dia lupa terhadap kemaslahatannya, penyakitnya, obatnya, sebab-sebab kebahagiaannya, kemenangannya, kebaikannya, serta kehidupannya yang abadi dalam kenikmatan yang kekal di Surga!  

Barang siapa yang memperhatikan masalah ini niscaya akan jelas baginya bahwa mayoritas manusia benar-benar telah melupakan diri mereka, menyia-nyiakan jatahnya dari Allah, serta menjualnya dengan harga yang teramat murah karena tertipu. 

Sayang, dia menyadarinya di saat kematian, hingga semua perkara menjadi jelas dengan sejelas-jelasnya pada hari Kiamat. Pada hari itulah tampak bagi hamba bahwa dia telah teperdaya dalam transaksi yang dilakukannya untuk dirinya di dunia, serta perdagangan yang ia lakukan untuk hari kembalinya. Sungguh, tiap-tiap orang berdagang di dunia ini untuk hari akhiratnya.   

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement