Ribuan Guru Ikuti Kelas Sekolah Menyenangkan
Red: Fernan Rahadi
Kelas Sekolah Menyenangkan (KSM) yang digelar Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) 15-16 September 2021. | Foto: GSM
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ribuan guru dari 34 provinsi di Indonesia mengikuti program Kelas Sekolah Menyenangkan (KSM). Program yang digelar oleh Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini digelar secara daring pada 15-16 September 2021 ini.
KSM diisi oleh sekitar 100 anak muda yang telah dilatih oleh GSM berkolaborasi dengan puluhan guru penyimpang. Guru penyimpang adalah guru yang memiliki perilaku menyimpang dalam mengajar, namun memberikan dampak positif pada karakter dan hasil belajar siswa.
"Harapannya, kolaborasi lintas generasi ini dapat mengundang gerakan dari anak muda agar semakin peduli dan berkontribusi terhadap masa depan bangsanya, serta semakin menggerakkan guru untuk membangun pengembangan praktik bersama agar kompetensi dan profesionalismenya semakin meningkat," ujar pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, Kamis (16/9).
Rencananya, ujar Rizal, ke depan KSM ini akan digelar setiap dua bulan sekali. Harapannya, output dari kelas ini para peserta yang terdiri dari guru-guru di seluruh Indonesia bisa memperoleh bekal berupa kebiasaan yang menyimpang namun positif.
"Terdapat 16 kelas terpisah pada program ini yang terdiri dari kelas guru-guru SD sampai kelas guru SMA/SMK," ujarnya.
Diadakannya KSM ini, kata Rizal, berawal dari keprihatinannya akan besarnya ketimpangan kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan sebuah penelitian, hanya dua provinsi di Indonesia yang kualitas pendidikannya setara dengan Brunei Darussalam dan Malaysia. Dua provinsi lain di Indonesia masih tertinggal dari dua negara tetangga tersebut.
"Kalau kecepatan peningkatan kualitas pendidikan kita tidak eksponensial maka kita akan semakin tertinggal. Sementara kita tidak bisa hanya menunggu inisiatif dari pemerintah," tutur Rizal.
Co-Founder GSM, Novi Poespita Candra, mengungkapkan cermin pendidikan yang ada di Indonesia saat ini adalah anak hanya menjadi objek transfer pengetahuan dari guru. Dampaknya, terutama pada masa pandemi Covid-19 saat ini, di mana proses pembelajaran dilakukan secara daring, anak-anak tersebut mengalami masalah pada kesehatan mental mereka.
Di sisi lain, Novi menyadari paradigma sekolah menyenangkan selama ini belum menjadi paradigma utama pendidikan di Indonesia. Sekolah menyenangkan yang dimaksud dalam hal ini adalah sekolah yang memfokuskan diri pada pembangunan nalar dan kesadaran diri siswa.
Dalam KSM kali ini materi tentang kedua hal tersebut diberikan secara simpel dan menarik mengenai praktik-praktik yang selama ini telah berjalan di GSM serta riset-riset baru dari dunia pendidikan. Setelah kelas, para peserta akan didampingi oleh para volunteer GSM selama sepekan di grup Whatsapp dan akan ditantang untuk mempraktikkannya di sekolah.
"Kelas ini ternyata disambut antusiasme yang besar sekali. Hal ini menggambarkan ada keingintahuan dari guru yang besar mengenai metode pembelajaran baru serta adanya keinginan mereka untuk melakukan perubahan," kata Novi.
Salah satu anak muda yang menjadi pengisi materi, Aira Permatana Zarista, mengungkapkan dirinya pada kelas ini berfokus untuk berbagi pengalaman dengan para guru. "Saya akan menjadikan momen ini sebagai ajang berbagi ilmu, karena bagaimanapun saya juga bisa mendapatkan ilmu dari guru-guru tersebut dan para guru juga bisa mengetahui cara berpikir anak muda seperti saya," ujar mahasiswa Universitas Terbuka itu.
Salah seorang peserta, Muhammad Yusuf, mengaku mendapatkan manfaat dari KSM. "Setelah menyimak paparan materi saya semakin terbuka terkait bagaimana melakukan pembelajaran yang menyenangkan agar bisa meningkatkan siswa dalam belajar," ujarnya.
Peserta lain, Mila Karmila, mengaku banyak mendapatkan masukan setelah mengikuti kelas tersebut. "Subhanallah, hari ini saya tidak sia-sia belajar sampai sore seperti ini. Saya mendapatkan ilmu banyak sekali. Pokoknya keren banget materinya dan sangat menginspirasi. Insya Allah ke depannya saya ingin mencoba melakukan hal-hal yang diberikan pada kelas ini," ujar Mila, Rabu (15/9).