REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa gunung berapi dapat menghasilkan letusan yang sangat kuat. Lautan debu dan gas yang dihasilkan bisa menghalangi sinar matahari dan mengubah iklim di sebuah planet hingga beberapa dekade.
Baru-baru ini, sejumlah ilmuwan di Badan Antariksa Amerika (NASA) menemukan bukti bahwa ribuan letusan semacam itu pernah terjadi di Mars. Hal ini diketahui setelah mempelajari topografi dan komposisi mineral dari sebagian wilayah Arabia Terra di utara Planet Merah tersebut.
Ledakan vulkanik yang dahsyat di Mars telah memuntahkan uap, air, karbon dioksida, dan sulfur dioksida ke udara. Ledakan ini pada akhirnya merobek permukaan planet itu selama periode 500 juta tahun atau sekitar empat miliar tahun lalu.
“Setiap letusan akan memiliki dampak iklim yang signifikan, mungkin gas yang dilepaskan membuat atmosfer lebih tebal atau menghalangi Matahari dan membuat atmosfer menjadi lebih dingin," ujar Patrick Whelley, seorang ahli geologi di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard di Greentbelt, Maryland yang memimpin penelitian Arabia Terra, dilansir Phys, Kamis (16/9).
Menurut Whelley, masih ada sejumlah hal yang harus dilakukan untuk lebih memahami dampak dari gunung berapi di Mars. Setelah ledakkan super tersebut menyebarkan selimut abu tebal, hingga ribuan mil dari lokasi letusan, gunung berapi sebesar ini runtuh menjadi lubang raksasa yang disebut kaldera.
Kaldera, yang juga ada di Bumi, lebarnya bisa mencapai puluhan mil. Tujuh kaldera di Arabia Terra adalah yang pertama menunjukkan bahwa wilayah itu mungkin pernah menjadi tuan rumah gunung berapi yang mampu membuat letusan super.
Kaldera pernah dianggap sebagai akibat yang ditinggalkan oleh dampak asteroid ke permukaan Mars miliaran tahun lalu. Para ilmuwan pertama kali mengatakan dałam sebuah studi 2013 bahwa cekungan ini adalah kaldera vulkanik.
Mereka memperhatikan bahwa kaldera tidak bulat sempurna seperti kawah. Kaldera ini memiliki beberapa tanda keruntuhan, seperti lantai yang sangat dalam dan bangku batu di dekat dinding.
“Kami membaca makalah tersebut dan tertarik untuk menindaklanjuti, namun alih-alih mencari gunung berapi sendiri, kami mencari abunya, karena Anda tidak dapat menyembunyikan bukti itu," kata Whelley.